Jumat, 27 Januari 2023

PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QURAN PENELEH SURABAYA

Komitmen Mencetak Generasi Al-Quran


Bangunan rumah berlantai dua itu sangat sederhana, terletak di  dalam Kampung Peneleh Gg. V, di jantung Kota Surabaya, berhadapan langsung dengan pintu utama Masjid Peneleh. Lokasinya berdempetan dengan rumah-rumah warga di sekitarnya, tidak seperti layaknya bangunan sebuah pondok pesantren pada umumnya.

Bahkan, di pondok pesantren tertua di tengah kota Surabaya ini, tidak memiliki halaman luas apalagi lokasi parkir.  Ya, itulah Pondok Pesantren  Tahfidzul Quran yang lebih dikenal dengan nama Pondok Pesantren Peneleh. Ponpes Peneleh di masa jayanya merupakan salah satu pondok hebat yang sukses mencetak generasi Al-Quran dengan metode pengajaran konvensional dan privat.

Sayang, kejayaan itu dari tahun ke tahun mulai memudar seiring wafatnya pendiri Pondok Pesantren Peneleh almarhum KH Dahlan Basyuni di tahun 2009 silam. Kondisi ini seakan Pondok Pesantren  Peneleh seperti kehilangan induk semang.

Ketika Majalah Aula berkunjung di Ponpes yang berada di kampung lama ini, kondisi pesantren terlihat mulai tidak terawat.  Ketika kami mengetuk pintu ruang tamu, seorang santri putri membukakan pintu dan mengucap salam dengan ramah.

Ruang tamu sekitar 3 m x 3 m itu terhampar karpet tua dan sebuah ranjang busa yang sudah usang. Di atas ranjang tua itulah duduk Nyai Hj. Aminah Dahlan (68), asal Rembang  istri Alm. KH Dahlan  Basyuni. Saat ini kondisi kesehatan Nyai Aminah yang sudah sepuh cukup memprihatinkan. Sehari-hari hampir tidak pernah beranjak dari atas ranjangnya, kecuali bila ada undangan khusus yang harus dihadiri. Karena sesungguhnya pada saat beliau  masih sehat sering silaturahmi ke beberapa ponpes, dan menghadiri berbagai undangan untuk tausiah dan mengajar ngaji.


Mencetak Generasi Al-Quran

Bermula dari pengajian rutin yang diselenggarakan oleh warga kampung, justru menjelma sebagai sebuah pondok pesantren. Bahkan, santri yang menempuh ilmu agama di Ponpes Peneleh ini tidak hanya berasal dari Surabaya saja, tapi juga dari pulau Jawa. Tidak hanya itu, di masa kejayaannya Ponpes yang berada di kampung lama Kota Surabaya ini, juga menampung santri dari luar negeri, yakni Malaysia.

Pada tahun 1975, Kiai Dahlan pergi ke Makkah selama 2 tahun, kemudian ke Malaysia lalu kembali lagi ke Makkah. Kemudian di tahun 1980-an, Kiai Dahlan kembali pulang ke Surabaya. Pada mulanya Ponpes ini bernama Roudlotul Ta’limil Qur’an (RTQ),  lalu diganti dengan nama Ponpes Sunan Ampel,  namun tak berselang lama kemudian dirubah lagi menjadi Ponpes Tahfidzul Quran, yang kini lebih dikenal dengan nama Ponpes Peneleh, karena pondoknya menempati Masjid  Peneleh. 

Sementara di era tahun 1985, pondok Peneleh ini pindah di depan masjid, karena masjid dipugar. Di tempat yang baru tersebut, pondok menempati bangunan berlantai dua dengan 10 kamar untuk santri putra. Sedangkan untuk  pesantren putri yang didirikan sekitar tahun 1970 dan diasuh oleh  Nyai Hj Aminah, letaknya di atas rumah beliau.

Karena pada prinsipnya Kiai Dahlan menginginkan pondok tidak jauh dari masjid,  agar para santri melakukan sholat berjamaah di masjid, yang bertindak sebagai imam adalah Kiai Dahlan sendiri.  Sedangkan para santri setiap hari mengaji Al-Quran di dalam pondok maupun di masjid.

Namun pada perkembangannya, di tahun 1980-an, Kiai Dahlan tidak ingin menerima santri banyak. “Menurut beliau lebih baik sedikit santri dengan hasil mantap, daripada banyak tetapi hasilnya kurang mantap,” tutur Ustadz H Moch. Nasruddin (42), yang nyantri di KH Dahlan sejak tahun 1995 itu. “Begitu juga dalam setoran hafalan para santrinya, Kiai Dahlan maupun istrinya, Nyai Aminah tidak suka banyak-banyak, lebih baik sedikit tetapi  mantap, daripada banyak tapi hasilnya tidak mantap,” lanjut ayah seorang anak ini.

“Karena kami ingin mencetak generasi Al-Quran dan memasyarakatkan Al-Quran, menghafal dan mengamalkan Al-Quran, mengingat semua sendi kehidupan telah termaktub dalam Al-Quran,” tutur Nasruddin yang pernah nyantri di Perak, Jombang ini. 

Karenanya, Nasruddin menegaskan, sejak dulu hingga kini Ponpes Peneleh ingin menciptakan santri-santrinya lebih modern, bisa melanjutkan kuliah,  menjadi pengusaha, pejabat dan sebagainya, tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran. Oleh sebab itu, sistem pengajaran di ponpes ini masih menggunakan motode sorogan.

Yakni, Kiai membaca kemudian santri menirukan. Sedangkan guru mendengarkan bacaan santrinya dan membetulkan bacaan santrinya bila salah membacanya. Esok harinya, para santri menyetorkan hafalannya. Materi yang diajarkan ialah yang terkandung dalam Al-Quran. Selain ilmu Al-Quran, para santri juga mendalami kitab-kitab kuning. Seperti Ta’limul Muta’allim, Fathul Qorib, Bidayatul Hidayah, Fathul Jannah dan lain-lain. Para santri juga diajarkan Seni Hadrah dan Qiro’ah.

”Banyak ponpes, yang para pengasuhnya cukup hanya mendengarkan para santrinya yang mengaji, kalau salah dibetulkan, jadi tidak menirukan apa yang dibacakan oleh Pak Kiai atau Bu Nyai,” tutur Nasruddin.

“Metode pengajaran yang disampaikan oleh Kiai Dahlan dan Bu Nyai Aminah ini, seperti Allah SWT saat menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril,” lanjut Nasruddin ramah. 

Ia pun menjelaskan, bahwa santri lulusan  Ponpes Peneleh ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bahkan ada yang di Malaysia dan di Kairo sebagai dosen. “Bapak Arif Afandi (Red : Pemimpin Umum  Majalah Aula) juga salah satu mantan santri Kiai Dahlan,” tutur Nasruddin tersenyum.

Di mata Nasruddin Kiai Dahlan  adalah sosok yang istimewa. “Beliau sangat istiqomah dan menjunjung tinggi tradisi salaf, dengan menampung para santri yang ingin belajar dan menghafal Al-Quran, agar di dalam tubuh para santri tumbuh benih-benih Al-Quran,” tutur Nasruddin di dampingi istrinya Neny (32),  dan Ubaidur Rachman (37) yang tak lain adalah keponakan Nyai Aminah dari Rembang ini.

 

Kehilangan Induk Semang

Wafatnya pendiri Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Peneleh, almarhum KH Dahlan Basyuni tahun 2009 silam, membuat Ponpes Peneleh seperti kehilangan induk semang. Bagaimana tidak, sejak saat itu jumlah santri dari tahun ke tahun terus menurun.  Kini jumlah santri putra hanya 25 orang, dan santri putri sekitar 15 orang.

Itupun para santri membayar semampunya, yang penting bisa menutupi biaya membayar listrik, air dan makan dengan menu sangat sederhana.  “Para santri seperti kehilangan induk semang,” tutur ustadz Nasruddin.  “Banyak orang yang tidak tahu, bahwa di jantung kota besar Surabaya ada Ponpes Peneleh, ponpes legendaris yang kondisinya sangat memprihatinkan dan jauh dari perhatian pemerintah dan kaum darmawan,” lanjutnya prihatin.

Untuk diketahui, KH Dahlan Basyuni lahir di kampung Peneleh, Surabaya tahun 1931. Ayahnya bernama KH Basyuni merupakan  tokoh masyarakat yang juga masih keturunan dekat dari Sunan Ampel Surabaya. Sedangkan dari nasab ibunya masih keturunan Sunan Giri Gresik.

Sejak kecil Kiai Dahlan diasuh sendiri oleh bapaknya dan tokoh-tokoh setempat. Setelah ayahnya wafat, Kiai Dahlan dibimbing kakaknya untuk melanjutkan menghafal Al-Quran. Kiai Dahlan juga memperdalam ilmu di sejumlah pondok pesantren di Jombang maupun di Jawa Tengah. Seperti di Peterongan, Jombang, Pondok Krapyak Yogyakarta, Pondok Sarang Rembang, Pondok Kudus dan lainnya.  Pada tahun 1964, Kiai Dahlan kemudian menikah dengan Nyai Siti Aminah, lulusan dari Ponpes Kajen (KH. Abdillah Salam), yaitu putri dari KH.As’ad, Pondok Tasik Agung, Rembang.

Lalu apa hubungannya Masjid Peneleh dengan Ponpes Peneleh yang terletak di depan masjid ?  Masjid Peneleh atau Al Akhyar merupakan salah satu masjid peninggalan Sunan Ampel. Sejak berdiri sekitar tahun 1800 hingga kini masih dilestarikan dan dikembangkan oleh ulama-ulama/tokoh-tokoh masyarakat yang masih punya nasab dengan Sunan Ampel sampai sekarang.

Terkenal dengan  nama Masjid Peneleh, karena dahulu penghuninya adalah orang-orang pineleh (terpilih), yakni tokoh-tokoh masyarakat setempat, yang berjuang membela tanah air dan agama Islam di jalan Allah SWT. Masjid ini mengalami berbagai renovasi oleh takmir masjid dari generasi ke generasi.

Setelah takmir masjid dijabat almaghfurlah KH Basyuni Al Ja’fari, ketakmiran Masjid Peneleh dilanjutkan oleh almaghfurlah KH Basyuni Syamsuddin, dengan dibantu putra-putranya. Yaitu H Munib Thohir, KH Anas Thohir (Pendiri Majalah Aula) dan Dr Moch. Thohir.

Setelah Kiai Basyuni Syamsuddin wafat, tapuk pimpinan Takmir Masjid Peneleh dilanjutkan almaghfurlah KH Dahlan Basyuni. Semasa hidupnya Kiai Dahlan dibantu oleh KH. Zakki Ghufron dan sesepuh Peneleh, yaitu KH  Wahab Turham serta H. Agus Churmat. *) rm

*) Dimuat di Majalah AULA edisi Mei 2018

Majalah AULA edisi Januari 2023



 

Kamis, 24 Februari 2022

Majalah AULA Edisi FEBRUARI 2022

 



Info dan Pemesanan: 0858 5067 7244 (WA)

Majalah AULA Edisi JANUARI 2022

 



Info dan Pemesanan: 0858 5067 7244 (WA)

Jumat, 03 Desember 2021

Majalah AULA Edisi Desember 2021

 

Info dan Pemesanan: 0858 5067 7244 (WA)

Senin, 29 November 2021

Majalah AULA Edisi NOVEMBER 2021

 



Info dan Pemesanan: 0858 5067 7244 (WA)

Sabtu, 02 Oktober 2021

Majalah AULA edisi Oktober 2021


TELAH TERBIT !!!

Majalah AULA edisi Oktober 2021 : 

"Jangan Terjebak Dana Abadi Pesantren"


Simak Topik Utama (Ummur Risalah) : "Gempita Hari Santri dan Pesan Muhasabah"

* KH Abdul Ghafar Rozin : Jangan Terjebak Dana Abadi Pesantren

* Saeful Umam : Sejarah Baru, Santri Kuliah di Luar Negeri

* Muhammad Ghofirin : Pesantrenpreneur Kunci Kemandirian Pesantren

*  Abdulloh Hamid : Adaptasi Dakwah di Era Digital Native

Wawancara Habib Umar Al Muthohar : "Tarekat Bersanad Tegakkan Tiang Agama"


Ikuti kajian dan pembahasan keagamaan, yaitu :

* Lentera Gus Baha : Allah Tidak Butuh Ditolong dan Dibela Manusia

* Catatan Gus Ali : Mengoptimalkan Diri sebagai Khalifah

* Fiqh Nisa : Ibu Wafat Tinggalkan Utang

* Wawasan : Taliban Bergeser Moderat, Faktor NU Sangat Besar

* Dirasah Islamiyah : Penanganan Perilaku Koruptif dan Moral Hazard dalam Fikih Islam

* Kajian Aswaja : Kenapa Ada Tradisi Maulid ?

* Bahtsul Masail : Problematika Jenazah dalam Peti

* Masail Umat : Childfree dalam Kajian Fiqih Islam

* Mimbar Jum'at : Memperingati Hari Santri


Simak juga informasi-informasi lainnya:

* Sembilan : 9 Ormas Islam Aswaja Bermadzhab di Indonesia

* Aktualita : Khawatir Krisis Legitimasi, Tiga PWNU Desak Muktamar 2020

* Muhibbah : Maroko, Negeri Para Ilmuwan Islam Terkemuka di Dunia

* Info Sehat : Long Covid, Apa itu ?

* Kancah Dakwah : Aktivis Penggerak Pendidikan di Berbagai Pelosok Negeri

* Aula Nisa : Hj. Ulfah (Ketua LP Maarif NU Jawa Barat)

* Inspirasi : Nyai Hj Muhsinah (ibunda Menag, Yaqut Cholil Qoumas)

* Fragmen : Hj Aini Shalichah (istri Bupati Blora)

* Prestasi : Siswa Tunarungu Raih Prestasi

* Resensi : Literasi Digital Santri di Era 4.0

* Tabayun : Mendulung Untung Saat Pandemi


Pemesanan : 0858 5067 7244 (WA)

Rabu, 08 September 2021

Majalah AULA edisi Januari - September 2021

 AULA JANUARI 2021


AULA FEBRUARI 2021



AULA MARET 2021



AULA APRIL 2021



AULA MEI 2021



AULA JUNI 2021



AULA JULI 2021



AULA AGUSTUS 2021



AULA SEPTEMBER 2021

TELAH BEREDAR....!!!

 Majalah AULA edisi September 2021

 

Simak Laporan Utama 

 Ummurrisalah:

GELAR MUKTAMAR DI TENGAH PANDEMI ?

 Wawancara khusus dengan Ra Ismael Kholil:

Refleksi Dakwah Syaikhona Kholil di Era Keterbukaan

 

Dapatkan juga informasi menarik lainnya:

Aktualita: Janji Taliban Pimpin Afghanistan Lebih Moderat

Muhibah: Melihat Perkembangan Islam Moderat di Belgia

Lentera Gus Baha: 6 Golongan Terlaknat dan Hal yang Mengepung Manusia

Kancah Dakwah: Islam Menyapa Suku Anak Dalam di Jambi

Catatan Gus Ali: Hindari Sedih Berkepanjangan

Uswah: Iqbal Assegaf

Wawasan: Orientasi Islam Nusantara, Melahirkan Insan (Kamil) Nusantara

Kajian Aswaja: Bekas Sujud di Jidat, Haruskah ?

Bahtsul Masail: Hukum Shalat Pasien Pemakai Kateter (Selang Air Kencing)

Masail Umat: Fikih Aqiqah di Masa Pandemi

 

Pemesanan : 0858 5067 7244 (WA)

Jumat, 01 Juni 2018

Selasa, 02 Januari 2018

Majalah AULA edisi Januari 2018

Oh, Yerusalem 
OH, PALESTINA
=============================
(Majalah NU AULA edisi Januari 2018)

* LAPORAN KHUSUS *
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara tegas bersikap mengajak umat Islam untuk membela Palestina. Bukan sekadar masalah agama, tetapi lebih kepada masalah kemanusiaan, masalah keadilan. Sebagai negara yang menolak segala bentuk penjajahan, Indonesia berperan aktif dalam menolak pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

* WAWANCARA KHUSUS *
KH A Kafabih Mahrus; Persatuan Umat Selesaikan Konflik Palestina.

* UMURRISALAH *
-, Perhelatan di Tengah Derita Umat
-, Apa Peduli Kita Kepada Disabilitas?
-, Saat Lahan tak Lagi Milik Rakyat
-, Komisi Program: Mengawal Ketahanan dan Kesejahteraan
-, Komisi Rekomendasi: Saat Presiden Menunggu Sikap NU

Dapatkan juga *Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan* dari para Tokoh NU
✓ Iftitah; Tantangan Solidaritas
✓ Kedai Sufi; Berusaha, Objek Pembelasan Allah Ta’ala
✓ Wawasan; Merenungi Keberadaan Masjid
✓ Kajian Aswaja; Adakah Bendara Islam?
✓ Bahtsul Masail; Menyoal Status dan Hak Anak yang Lahir di Luar Nikah
✓ Dirasah Islamiyah; Janji Allah Kepada Orang yang Beriman
✓ Khutbah Jumat; Menggapai Keberkahan Hidup
✓ Khutbah Jumat; Menyiapkan Generasi Masa Depan
✓ Catatan Gus Ali; Tak Ada Toleransi dalam Akidah
✓ Tabayun; Palestina, Puisi itu Menyatukan
✓ Ahlan; Akhir Tahun yang Bikin Deg-Degan

Simak *Berita Istimewa* Lainnya
✓ Kronik Kramat Raya; Ngaji Kitab Jarak Jauh Rutin Bersama Habib Umar Al-Hafidz
✓ Muhibbah; Kuasai Bahasa Asing dan Perkuat Jaringan
✓ Ihwal Jam’iyah; Didzalimi, Pedagang Minta Perlindungan Hukum
✓ Resensi; Kiprah Pahlawan Bersarung dalam Pertempuran dan Mencongkel Fakta Mengeksplorasi Hikmah
✓ Aktualita; Tanggap Bencana, NU Kompak Salurkan Bantuan
✓ Serambi Jawa Tengah dan Kilas Nusantara

Tersedia *Profil Inspiratif*
✓Tokoh, KH Maman Imanulhaq: Berkah Kiai, Berdakwah Masa Kini
✓Nisa, Hj Luluk Chumaidah: Menjaga Harmoni dari Tetangga Sekitar
✓Pesantren Nurul Islam Mataram; Kiprah Pesantren Baru Menjawab Tantangan Zaman
✓Pendidikan SMK ITABA; Sekolah Kejuruan Berbasis Pesantren
✓Aulasiana; Orator Ulung, Siapa Paling Dekat dengan Tuhan
✓Wirausaha Resto Asap-Asap; Harga Kaki Lima, Kualitas Bintang Lima
✓Obituari: TGH Lalu Khairi Adnan dan Bu Nyai Azizah Ma’soem
✓Rehat; Loper Koran Doktor Termuda
✓Ikuti Tebak Kata Aula raih hadiah menarik dari Majalah Nomer Satu Milik NU ini

Harga Langganan Majalah NU Aula
- Langganan 6 bulan/edisi   =  Rp 140.000 (Pulau Jawa), Rp 175.000 (Luar Pulau Jawa)
- Langganan 12 bulan/edisi =  Rp 270.000 (p Pulau Jawa), Rp 325.000 (Luar Pulau Jawa)
- Harga Eceran Rp 25.000 (Jawa) dan Luar Jawa Rp 30.000

Dapatkan segera!
Hubungi Pemasaran Majalah Aula
Kantor PWNU Jawa Timur
Jl. Masjid Al-Akbar Timur No 9 Surabaya

*AULA*
_Akhbarul Ulama Li Ahlussunnah wal Jamaah_
*Bacaan Kiai, Santri dan Pemerhati*

Jumat, 04 Agustus 2017

Majalah Aula edisi Agustus 2017


*LAWAN PENGKHIANAT NEGERI*
=========================
(Majalah NU AULA edisi Agustus 2017)
klik intip.in/langgananaula

*UMURRISALAH* (Laporan Utama) :
NU ditakdirkan terus berjuang di negeri ini. Bidang garap dan musuhnya saja yang berbeda. Kalau zaman pergerakan harus menghadapi para penjajah. Kini lebih rumit lagi. Para pemimpin NU dan kaum nahdliyin harus berjuang melawan para pengkhianat negeri.
-, Para Pengkhianat Negeri
-, ISIS, Wahabi dan Agenda HTI: Ancaman Keutuhan Negara
-, Megakorupsi Penggede Negara
-, PP GP Ansor: Meragukan Ancaman ISIS
-, Kasatkornas Banser: Memetakan Gerakan Radikal
-, KH Afifuddin Muhajir: Korupsi adalah Akumulasi Penghianatan

Dapatkan juga *Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan* dari para Tokoh NU
✓Iftitah : Penghargaan
✓Wawancara : KHR Achmad Azaim Ibrahimy; Tantangan Pesantren Salaf
✓Wawasan : Tujuh Alasan, PERPPU No 2/2017 Perlu Didukung
✓Wawasan II : Moh Mahfud MD; Menolak Ide Khilafah
✓Kajian Aswaja : Doa dengan Tangan Dibalik
✓Bahtsul Masail : Masalah Melempar Tiga Jamrah
✓Dirasah Qur’aniyah : Keterlibatan Malaikat Terhadap Al-Quran
✓Khutbah Jumat : Menjadi Pribadi Bermanfaat
✓Khutbah Jumat : Khutbah Idul Adha; Merenungi Makna Kehidupan
✓Catatan Gus Ali : Bahaya Cinta Dunia
✓Tabayun : Fitrah Perempuanku
✓Ahlan : Berjuang Melawan Penghianat Negeri

Simak *Berita Istimewa* Lainnya
✓Aktualita : Dzikir Menuju Kejernihan Berfikir
✓Laporan Khusus : Full Day Dibalik Politik
✓Kronik Kramat Raya : NU Care Laziznu Terima CSR dari Kapal Api
✓Ihwal Jam’iyah : NU Award, Prestasi Sejahterakan Umat
✓Obituari : Mengenang Pejuang NU Lumajang dan Selisih Sejam, Dua Ulama Madura Wafat
✓Serambi Jawa Tengah dan Kilas Nusantara

Tersedia *Profil Inspiratif*
✓Tokoh : Bergulat pada Ilmu (M Faishal Aminuddin)
✓Nisa’ : Taklukkan Kota, Banggakan Tanah Kelahiran (Sringatin A Martam)
✓Pendidikan : Bertekad Jadi Rujukan Dunia Pendidikan
✓Pesantren : Sistem Pesantren, Cetak Akademisi Agamis
✓Uswah : Menanam Akhlak Baik, Cinta Tanah Air (Kiai Hasan Genggong)
✓Resensi Buku : Dokumentasi Khazanah Keilmuan Islam Nusantara dan Miqat Pengikat Kebangsaan Kita
✓Wirausaha : Tampilan Ngepop, Jiwa Tetap Santri (Bandung Super Model)
✓Rehat : Minat Tasawuf, Hati pun Teduh (Muchammad Nurul Hadi), Kekuatan Wanita tidak Pandang Usia (Nyai Hj Ainur Rohmah) dan Dilema Akses Internet Anak (Wiwik Afifah)
✓Aulasiana : Ejaan Juga Penting, Tidak Ngasih Apa-apa juga Tidak Apa-apa dan Doa Jadi Orang Pemurah
✓Ikuti Tebak Kata Aula raih hadiah menarik dari Majalah Nomer Satu Milik NU ini

Harga Langganan Majalah NU Aula
- Langganan 6 bulan/edisi   =  Rp 140.000 (Pulau Jawa), Rp 175.000 (Luar Pulau Jawa)
- Langganan 12 bulan/edisi =  Rp 270.000 (p Pulau Jawa), Rp 325.000 (Luar Pulau Jawa)
- Harga Eceran Rp 25.000 (Jawa) dan Luar Jawa Rp 30.000
Dapatkan segera! 

Hubungi Pemasaran Majalah Aula
Kantor PWNU Jatim
Jl Masjid Al-Akbar Timur No 9 Surabaya
Telp (031) 8296119 HP. 085730092601
*AULA* (Akhbarul Ulama Li Ahlussunnah wal Jamaah)
*Bacaan Kiai, Santri dan Pemerhati*

Sabtu, 15 Juli 2017

Majalah Aula edisi Juli 2017

*Ngaji Online, Islam Dalam Genggaman*
=========================
(Majalah NU AULA edisi Juli 2017)
klik: intip.in/langgananaula
 
*UMURRISALAH*
Perkembangan alat komunikasi kian memudahkan berbagai pihak. Tak hanya silaturrahim yang ada di gengaman, pengajian juga dapat dilakukan secara online. Termasuk lewat media sosial, sehingga penyebaran Islam rahmatal lil alamain dengan mudahnya tersebar seantero negeri.
-, Tebar Islam Ramah di Penjuru Mata Angin
-, Ramaikan Medsos dengan Ngaji Online
-, Minat Tayangkan Pengajian Masih Minim
-, Dikomentari Miring Lanjut Saja
-, Fatwa Pemakaian Media Sosial

Dapatkan juga *Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan* dari para Tokoh NU
✓Wawancara: KH Anwar Iskandar; Antara Toleransi dan Radikalisme
✓Iftitah: Sekularisasi Berwajah Idealisme
✓Wawasan: Dr Neng Dara Affiah; Indonesia Kita
✓Kajian Aswaja: Kupas Tuntas Tradisi Lebaran
✓Bahtsul Masail: Menghalangi Dakwah Orang Mukmin
✓Dirasah Qur’aniyah: Memulai Bacaan Al-Qur’an, Menghentikan dan Memulai Kembali
✓Khutbah Jumat: Berupaya Meraih Natijah Ramadhan
✓Khutbah Jumat: Agar Menemukan Kebahagian Sejati
✓Catatan Gus Ali: Belajar Hidup Bahagia
✓Tabayun: Kiai Nasar
✓Ahlan: Tugas Baru di Era Digital

Simak *Berita Istimewa* Lainnya
✓Aktualita: Rintis Jaringan Pengusaha Nahdliyin
✓Laporan Khusus: Alternatif Solusi atas Ketidakadilan
✓Nuansa: Upacara Bendara Jadi Modal Kebangsaan
✓Budaya: Keindonesiaan – Keislaman Kita Terus Berproses
✓Kronik Kramat Raya: Nusantara Command Center Diresmikan
✓Ihwal Jam’iyah: Potensi Ekonomi Merangkul Umat dan Tombo Ati saat Ramadhan
✓Muhibbah: Riset IPNU Jatim Dilirik Forum Internasional
✓Serambi Jawa Tengah dan Kilas Nusantara

Tersedia *Profil Inspiratif*
✓Tokoh: Taat Asas, Tunaikan Amanah (Robikin Emhas)
✓Nisa’: Sikap Sederhana Hidup Tanpa Rencana (Fatma Saifullah Yusuf)
✓Pendidikan: Prestasi yang Mengagumkan (SDIT Al-Ibrohimi, Manyar)
✓Resensi Buku: Bekal Ziarah Kubur; dari Ziarah hingga Nyadran & Asa yang tak Terbatas
✓Prestasi: Viral di Jagat Maya, Antarkan ke Istana (Afi Nihaya Faradisa)
✓Wirausaha: Tawarkan Suasana Tempo Dulu (Warung Mbah Cokro)
✓Rehat:
~Kerek Kiprah Perempuan Pedalaman (Septi Rahmawati),
~Bahas Soal Upah di Negeri Jiran (Irfan Jauhari), ~Tetap Canggung di Depan Layar Kaca (Zulfiatur Rodiah) dan
~ Dakwah di Sudut Kota Sampah (Izza Farhatin Ilmi)
✓Aulasiana : Owner kok Diajari, ISO ala NU & Kematian itu Ada Waktunya
✓Ikuti Tebak Kata Aula raih hadiah menarik dari Majalah Nomer Satu Milik NU ini

*Harga Langganan Majalah NU Aula*
- Langganan 6 bulan/edisi= Rp. 140.000 (Pulau Jawa) Rp. 175.000 (Luar Pulau Jawa)
- Langganan 12 bulan/edisi= Rp. 270.000 (Pulau Jawa) Rp. 325.000 (Luar Pulau Jawa)
Harga Eceran Rp. 25.000 (Jawa) atau Luar Jawa Rp. 30.000
Dapatkan segera!
 
Hubungi Pemasaran Majalah Aula
Kantor PWNU Jatim Jl Masjid Al-Akbar Timur No 9 Surabaya
Telp (031) 8296119 HP. 0857 3009 2601

*AULA*
_Akhbarul Ulama Li Ahlussunnah wal Jamaah_
*Bacaan Kiai, Santri dan Pemerhati*

Rabu, 01 Maret 2017

Majalah Aula edisi Maret 2017

*Menggerakkan Missi Islam*=========================
(Majalah NU Aula edisi Maret 2017)
klik intip.in/langgananaula

Agama mempunyai peran penting dalam keberlangsungan hidup di Indonesia. Meski bukan negeri dengan hukum agama, namun masyarakat di negeri ini dikenal religius. Sejauh mana kita berikhtiar mengembangkan masyarakat yang demikian? Dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin, dikembangkan NU mempunyai akar-akar kultural dan karakter khas Indonesia.

*Umurrisalah (Topik Utama):*- Menggerakkan Misi Islam
- Kesamaan Simbol, Permudah Dakwah
- Intensifikasi Jamiyah, Ekstensifikasi Jamaah
- Kirim Santri Tugas ke Luar Jawa
- Perlu Militansi Dakwah di Pedalaman

*Dapatkan Wawasan Keilmuan dari para Tokoh NU*
Wawasan,
KH Said Aqil Siroj: Budaya, Insfastruktur Penguatan Paham Keagamaan
Wawasan, Asrorun Niam: KH Ma’ruf Amin, Saksi Ahli Penghina Itu
Catatan Gus Ali: Hidup dengan Kaya Hati
Kajian Aswaja: Pancasila Thaghut?
Bahtsul Masail: Suami Istri non Muslim Masuk Islam Bersama
Dirasah: Ikhtiar Pemilihan dan Pemilahan Ragam Bacaan Al-Qur’an
Lentara: Jalan Kebudayaan Menjaga Nilai-nilai Islam
Tabayun: Dilema
Iftitah: Mengembangkan Masyarakat Religius
Naskah Khutbah Jum’at: Memberikan yang Terbaik untuk Agama & Menjaga Kebersihan Hati
Ahlan: Menduakan Ke-NU-an

Dapatkan juga *Berita Istimewa* lainnya:
Wawancara :
Gus Zaim; Paham Dulu Baru Saya Syahadatkan
Laporan Khusus: Narasi Balik, Kedepankan Akhlak
Aktualita: Deklarasi  ‘Iqtishadiyah 211’ Ulama Peduli Ekonomi
Alam Islami: Trump, Mengapa Muslim Ditakuti
Kronik Kramat Raya: Harus Kreatif Menciptakan Konten Dakwah
Serambi Jateng: Ma’arif Jateng Paling Baik, Benarkah?
Muhibbah: Maroko Negeri Seribu Benteng

Simak pula *Profil Inspiratif* berikut:
Nisa’:
Menjaga Keseimbangan Peran
Pendidikan: Menjawab Kebutuhan Sekolah di Jantung Kota
Wirausaha: Winasari; Sejahtera dengan Menyulap Hasil Alam
Resensi: Menguak Pendidikan Karakter ala Pesantren & Peneliti NU harus Menuliskan Sejarahnya
Rehat: Kiai Cholil Nafis & Sekum IPPNU

Harga: Rp. 25.000,- (Jawa), Rp. 30.000,- (Luar Jawa)
Dapatkan segera!
Hubungi Pemasaran Majalah Aula
Kantor PWNU Jatim
Jl Al-Akbar Timur 9 Surabaya
085730092601
AULA (Akhbarul Ulama Li Ahlussunnah waljamaah)Bacaan Kiai, Santri dan Pemerhati

Jumat, 24 Februari 2017

Tokoh Muda dengan Banyak Terobosan

H. Abdullah Azwar Anas, S Pd, SS, M Si.
Tokoh Muda dengan Banyak Terobosan

Di usianya yang masih terbilang muda, Kang Anas, demikian ia biasa disapa, telah menorehkan karir yang cemerlang. Beberapa jabatan penting politik dan organisasi telah dipercayakan kepadanya. Kini, selain menjabat Bupati Banyuwangi, ia juga Ketua ISNU Jawa Timur. Terbaru, sejumlah partai politik menyebut-nyebut namanya untuk disandingkan mendampingi Pak De Karwo dalam Pilgub 2013.
--------

Ahad pagi (11/11) sekitar pukul 07.00 WIB, Aula mendatangi GOR Tawangalun dengan tujuan wawancara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Ya, karena di tempat itulah Kang Anas bersama warganya sedang menyelenggarakan jalan sehat memperingati Hari Kesehatan Nasional di Banyuwangi. Ternyata benar, tak lama kemudian orang yang kami cari telah muncul.
“Aula ya!?” sapanya ketika kami bertemu, lalu ia mempersilakan masuk ke mobil dinasnya. Bupati asli putra daerah yang masih mengenakan kaos olah raga, training panjang dan sepatu kets itu tampak sumringah. Perasaan penuh optimis selalu tampak terpancar dari wajahnya. Tak lama kemudian mobil plat merah itu meluncur menuju rumah dinas. Nah, selama perjalanan itulah kami melakukan wawancara dengannya. “Sebentar lagi saya langsung ke Surabaya, Mas, untuk menggelar rapat koordinasi dengan jajaran pengurus ISNU,” ungkapnya sambil meminta maaf karena waktu yang diluangkan tidak banyak. Yah, memang itulah konsekuensi seorang pejabat, apalagi seorang kepala daerah.
Kang Anas pun bertutur tentang pengabdiannya di NU. Menurut bapak satu putra itu, kesadaran dirinya untuk aktif di lingkungan NU tidak datang begitu saja. Rupanya semua itu terjadi karena keinginan orang tuanya yang sejak lama mendambakan anak-anaknya menjadi aktifis NU dan mengabdi kepada kiai. Terbukti, sejak kecil dirinya sudah akrab dengan pendidikan NU. Beberapa kali dirinya nyantri di pondok pesantren kenamaan; mulai dari Pondok Pesantren An-Nuqoyyah (Sumenep), Bustanul Makmur (Banyuwangi), Darunnajah (Banyuwangi) dan Pesantren Ash-Shiddiqi Putra (Ashtra, Jember). Pesantren-pesantren itulah yang banyak membentuk karakter ke-NU-an dirinya.
Khusus untuk Pesantren An-Nuqoyyah, Guluk-guluk, Sumenep, suami dari Ipuk Fiestiandani ini mengaku dirinya punya kenangan tersendiri. Ketika masih SD, ia diajak oleh ayahnya menemui temannya di daerah Madura. Nah, setelah bertamu, tiba-tiba dia ditinggalkan di sana dan disuruh mondok di Pesantren An-Nuqoyyah, yang kebetulan tak jauh dari rumah teman ayahnya. “Tentu ini mengagetkan, niat berkunjung ternyata di suruh mondok,” kenangnya sambil terkekeh. 
Pengabdian di NU dimulai ketika dirinya duduk di bangku sekolah menengah atas dengan mendirikan IPNU Komisariat SMA Negeri Kotatif Jember. Memang, semasa SMA lelaki kelahiran Banyuwangi 6 Agustus 1973 itu mondok di Pesantren Ashtra dan sekolah di SMAN 1 Jember. Posisi itu diambil karena dia memegang teguh pesan ayahnya yang mengharuskan berpijak di pesantren. “Abah saya memperbolehkan sekolah di mana saja, asalkan tinggal di pesantren," Kang Anas menceritakan masa lalunya. “Nah, waktu sekolah di SMA Negeri 1 Jember itulah saya aktif di IPNU dan menjadi ketua komisariat di sana,” tuturnya dengan nada merendah. Padahal banyak orang mengakui terobosannya dalam membuka Komisariat IPNU di SMA Negeri bonafide tersebut sebagai sesuatu yang luar biasa.
Dari IPNU komisariat itulah karirnya terus meningkat. Terutama sejak dirinya memutuskan hijrah ke ibukota untuk kuliah di Fakultas Teknologi IKIP dan Fakultas Sastra UI Jakarta pada tahun 1992. Selama masa-masa perkuliahan itu pula dirinya terus aktif di PP IPNU dan berupaya memberikan yang terbaik untuk NU. JabatanWakil Sekjen PP IPNU (1993-1996) dan Sekjen PP IPNU (1996-2000), bahkan Ketua Umum PP IPNU (2000-2003), pernah dipercayakan kepadanya. Rekam jejak yang sedemikian gemilang di usia muda itulah yang menjadikan anak kedua dari 11 bersaudara putra pasangan KH Achmad Musayyidi dan Hj Siti Aisyah itu semakin banyak mendapat kepercayaan dari NU.
Ketika masih menjabat Sekjen PP IPNU misalnya, ia telah terpilih menjadi anggota MPR-RI termuda kedua dari utusan golongan (1997-1999). Dari sinilah karir politiknya dimulai. Ketika PKB didirikan pada 1998, ia duduk di Wakil Ketua Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa (1998-2000), setahun kemudian dipercaya menjadi Wakil Sekjen DPP PKB (2001-2005).
Kursi DPR RI mulai dirasakannya melalui hasil Pemilu 2004. Lima tahun ia duduk di Komisi V yang membidangi infrastruktur, transportasi, perumahan dan daerah tertinggal. Di komisi itulah Kang Anas menjadi salah satu inisiator penyelesaian kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo, inisiator hak interpelasi DPR atas kenaikan bahan bakar pokok, dan juga inisiator hak angket DPR atas kebijakan pemerintah menaikkan tarif BBM pada tahun 2007.

Memimpin Daerah
Dua tahun lalu Kang Anas terpilih sebagai Bupati Banyuwangi. Di tanah kelahirannya itu makin tampak jelaslah jiwa kepemimpinnya yang luar biasa. Betapa tidak, gonjang-ganjing dunia politik di Kota Gandrung itu sangat keras dan berlarut-larut. Banyak korban telah berjatuhan. Tapi setelah tampuk kepemimpinan berada di tangan Kang Anas, suasana panas itu sirna dengan sendirinya.
Ketika suasana sudah tenang, Kang Anas memulai kerja dengan semangat tinggi. Ia bertekad untuk menjadikan Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java. Banyak gebrakan luar biasa ia tunjukkan. Kekayaan alam dan potensi sumber daya manusia yang ada ia manfaatkan betul untuk membangun. Hasilnya? Ternyata luar biasa. Dalam masa dua tahun ia berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 72,2 persen pada akhir tahun lalu, dengan IPM dari 68% menjadi 72,08%.
Atas sentuhan tangannya pula Banyuwangi menjadi semakin menarik di mata investor.
“Menurut data BKPM, tahun 2010 Banyuwangi menempati ranking 31 dalam hal minat investasi di Jawa Timur. Dan pada tahun 2011, Banyuwangi sudah berada di urutan nomor 3 untuk kota tujuan investasi, di bawah Gresik dan Sidoarjo,” tuturnya dengan optimis.
Masalah keamanan dan kemiskinan juga sudah ditandanginya sejak menjabat bupati. Dua tahun silam, Kabupaten Banyuwangi masuk 10 besar rawan kejahatan. Tapi kini, tempat asal muasal budaya Osing ini sudah menapak di 10 besar daerah teraman di Jawa Timur. Salah satu kunci keberhasilannya,  Kang Anas secara rutin mengajak berbagai pihak, Forpimda, kalangan LSM, Ormas dan media duduk bersama memikirkan dan mendukung kondusifitas daerah untuk  Banyuwangi ke depan. 
"Kita punya forum pertemuan tiga bulanan dengan semua pihak. Saya ingin semua elemen masyarakat terlibat dalam program-program pemerintah untuk ikut serta menyejahterakan rakyat," paparnya.
Nama Azwar Anas memang identik dengan terobosan. Untuk mendongkrak pariwisata daerah misalnya, berbagai acara digelar. Bahkan kegiatan-kegiatan berskala  internasional, mulai dari Banyuwangi Ethno Carnival, International Supercross sampai Tour de Ijen. Lelaki yang selalu tampak enerjik itu tak pernah berhenti mempromosikan eco-tourism yang banyak dimiliki di tanah Blambangan itu. Kini, Banyuwangi telah menjadi salah satu destinasi wisata nasional dan internasional. “Ketika banyak wisatawan datang ke Banyuwangi, maka banyak pihak yang diuntungkan, khususnya rakyat,” Kang Anas menjelaskan motif di balik tujuannya.
Salah seorang bupati terbaik selama pendidikan Lemhannas 2012 itu tak keberatan menularkan kunci suksesnya. Salah satu dari kunci itu adalah tetap menjaga komunikasi yang baik dengan para ulama, tokoh lintas agama dan para insan media. Kegiatan itu rutin ia laksanakan setiap tiga bulan sekali. “Untuk menjaga stabilitas keamanan masyarakat dan mendengarkan keluh kesah apa yang ada dalam masyarakat,” tuturnya. Selain itu, yang terpenting adalah pertemuan tersebut juga dapat menjadi motor penggerak dari pembangunan ekonomi yang sedang digalakkan oleh Pemda.

Tetap Setia Berkhidmat
Sebagai seorang kader, Kang Anas mengaku tak pernah lepas komunikasi dengan para stakeholder NU. Ia secara intensif selalu melakukan komunikasi dengan para kiai. "Setiap tiga bulan sekali saya bertemu para kiai, pengasuh-pengasuh pesantren, pengurus dan tokoh-tokoh NU. Saya selalu dengarkan taushiyah-taushiyah mereka. Ini jadi bahan buat saya dalam memimpin Banyuwangi," Kang Anas menularkan resep yang lain.
Ketua PCNU Banyuwangi, KH Masykur Ali, tidak menampik sinyalemen itu. Bahkan Kiai Masykur memandang Azwar Anas sebagai pribadi yang luar biasa dalam memimpin Banyuwangi. Kang Anas, menurutnya, bisa masuk ke semua lini dan membuat gebrakan-gebrakan yang luar biasa. 
"Program-program yang diusungnya memang menyentuh masyarakat, khususnya rakyat kecil. Ia benar-benar diterima. Terobosan-terobosannya belum pernah dilakukan oleh bupati-bupati sebelumnya," terang Pengasuh Pesantren Ibnu Sina Genteng Banyuwangi itu. Lebih dari itu, Kiai Masykur mengacungkan jempol atas upaya Kang Anas dalam menutup lokalisasi di Banyuwangi. Menurutnya, hal itu merupakan tindakan nyata dari seorang umara’ dalam memerangi kemungkaran di daerah kekuasaannya.
Model komunikasi yang efektif ke semua kalangan juga diakui oleh Kiai Masykur. Kang Azwar tidak saja mampu berkomunikasi dengan baik kepada kalangan NU, terhadap pihak-pihak di luar NU juga mendapat dukungan yang besar, termasuk dari kalangan non muslim. Ia mampu menyatukan kerukunan dan kebersamaan antar umat beragama unuk membangun Banyuwangi. Kang Anas, dalam pandangan Kiai Masykur, harus menjabat bupati dua periode agar pekerjaannya tuntas untuk menyejahterakan Banyuwangi.
"Kalau beliau nyalon (bupati) lagi, tidak perlu kampanye, bisa langsung jadi. Karena dukungan masyarakat luar biasa. Seluruh elemen mendukungnya. Pak Anas sudah terbukti," kiai yang selalu enerjik itu mempromosikan kadernya.
Berkat terobosan yang dilakukan dan prestasi yang diraih, pada akhir tahun 2012 lalu Kang Anas terpilih sebagai Bupati Paling Inovatif di bidang kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Penghargaan diberikan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo.

Kesuksesan di usia muda itulah yang menjadikan Gubernur Jawa Timur Soekarwo (konon) meliriknya untuk mendampingi dalam Pilgub 29 Agustus mendatang. Menanggapi isu bakal digandeng Pak De Karwo, Kang Anas menyatakan, ia menghargai siapapun yang memiliki ide tersebut. Namun ia lebih memilih berkonsentrasi untuk berkhidmat di Banyuwangi yang sekarang sedang berkembang.

*) Dimuat di Majalah Aula 2013

Majalah AULA edisi Februari 2017

*Banjir Hoax di Sosmed*
(Majalah Aula Edisi Februari 2017)

Teror hoax atau informasi berupa teks, gambar, atau video bohong atau pelintiran, sudah sangat masif meneror ruang-ruang publik dalam jaringan (daring) di Indonesia. Mulai dari tautan gambar atau teks di jejaring pertemanan daring, seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga pesan berantai di grup Whatshapp. Pengguna internet yang tak waspada dengan teror informasi palsu (hoax) mudah menyebarkannya kepada koleganya di ruang daring. Sehingga, memunculkan efek bola salju yang menggelinding semakin besar.

*Ummurrisalah* (laporan utama)
- Banjir Fitnah di Medsos
- Hoax, dari Syiah ke Makelar Tanah
- Gus Ipul pun Turun Tangan
- Terlibat dalam Perang Semesta
- Literasi Media di era Cyber Culture

Dapatkan *Kajian Menarik* seputar:
Wawasan : Prof Nuh, Menyiapkan Generasi yang Kuat
Wawasan II : Abdul Mun'im DZ : Keajaiban Ekonomi era Gus Dur
Iftitah : Media Sosial
Bahtsul Masail : Hukum Merayakan Hari Valentine
Kajian Aswaja : Kupas Tuntas Dalil Amaliah setelah Shalat
Dirasah Qur’aniyah : Perintis Pemberian Tanda Baca Al-Qur’an
Catatan Gus Ali : Jangan Merasa Sepi
Mimbar Jum’at : Cinta Tanah Air sebagai Perwujudan Perintah Agama dan Selaksa Manfaat Silaturrahmi
Lensa : Tradisi Kiai NU
Tabayun : Kabar Beracun
Fragmen : Syaikh Yasin dan Pendidikan Perempuan
Mozaik : Pengetahuan Tentang Diri
Ahlan : Catatan Arif Afandi

Dapatkan juga *Berita Istimewa* lainnya:
Wawancara : Kiai Said, Info Miring harus Tetap Tabayun
Laporan Khusus : NU Expo, Gerakan Ekonomi harus Tegak Berdiri
Ihwal Jamiyah : Cinta Al-Qur’an, Juara Dunia Akhirat
Aktualita : Ikrar Menjaga Pilar Negara
Sorot : Menemukan kembali Spirit Khittah
Kramat Raya : Tugas NU Mengislamkan bukan Mengkafirkan
Serambi Nusantara : Nahdliyin Minangkabau yang Terus Bekerja
Serambi Jateng : Diklat Kepemimpinan Transformatif

Simak pula *Profil Inspiratif* berikut:
Nisa’ : Mimin ‘Menggerakan Muslimat di Negeri Jiran’
Sosok : Ubaidillah, Tiap Malam Mentelengi Chanel Televisi
Kancah Dakwah : Dakwah Model Wali, Mengubah Kawasan Minoritas
Pesantren : Santri harus Berpuasa Tiga Tahun Penuh
Resensi : Pesantren Akar Pendidikan Nusantara & syekh Mutamakkin; Antara serat cebolek dan Teks Kajen
Rehat : Ketua KPID Jatim, Ketua IPPNU Jatim & Nyai Hj Nihayatus Sa’adah

Jangan lupa *Bersantai ria* dengan:
Aulasiana : Humor Santri
Tebak Kata Aula : Kuis TTS Berhadiah

Dapatkan segera! Harga Rp. 25.000
Hubungi Pemasaran Majalah Aula
Gedung PWNU Jatim, lantai dasar Kantor Majalah NU Aula
Jl Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya
085730092601

Langganan Online
intip.in/langgananaula