Senin, 27 Desember 2010

AULA Januari 2011


Andai saja dilakukan pemilihan manusia paling kontroversial, mungkin Gus Dur akan terpilih sebagai juara pertama. Yah, semasa hidupnya, ia selalu kontroversial. Banyak orang ternganga dan spot jantung dibuatnya. Kini, setahun setelah wafatnya, kontroversial itu muncul kembali. Mengapa?

Baca ulasan lengkapnya di Majalah Nahdlatul Ulama AULA edisi Januari 2011:

Refleksi: Awair (hal 8)
Ummurrisalah :
- Mengenang Kembali Sosok H Abdurrahman Addakhil (hal 10)
- Mengapa Ada Haul Gus Dur? (hal 14)
- Kebijakan Pembuka Transisi Demokrasi (hal 19)
- Gus Dur Si Raja Humor (hal 25)
- Nyleneh Namun Tetap Dipuja (hal 29)

Dapatkan juga liputan mengenai :
- Ihwal: Modernisasi Manajemen, Bukan Keagamaan (hal 35)
- Bahtsul Masail: Bank Syariah Sama dengan Bank Konvensional? (hal 38)
- Liputan Khusus: Polemik H Mahrus Ali Belum Selesai (hal 46)
- Kancah Dakwah: Korban Merapi Butuh Terapi (hal 51)
- Pendidikan: SMA Shafta Surabaya (hal 55)
- Pesantren: PP Sabilul Muttaqin Mojokerto (hal 59)
- Khazanah: Bekam, Alternatif Penyembuhan Penyakit (hal 62)
- Muhibah: Merasakan Hebatnya Muslimat NU London (hal 66)
- Uswah: Muhammad Hasan (Tan Kim Liong) (hal 70)
- Obituari: KH As’ad Umar Tutup Usia (hal 73)
- Tokoh: Prof Dr Drs Surahmat, MSi (hal 74)
- Rehat: H Nurhadi Ridwan & H Afif Hasbullah (hal 78)
- Wawasan: Prespektif Islam tentang Beragama dan Bernegara (hal 80)

Rabu, 01 Desember 2010

AULA Desember 2010

Apa isu strategis Kongres Ansor ke-14?
Siapakah para kandidat yg akan menggantikan posisi Gus Ipul (Drs H Saifullah Yusuf)?
Apa pesan dan kesan Gus Ipul selama memimpin Ansor?
Apa pendapat dan harapan para mantan Ketua Umum PP GP Ansor?

Baca ulasan lengkapnya di Majalah Nahdlatul Ulama AULA edisi Desember 2010:

Assalamualaikum : Ikhtiar Tabayun
Renungan : Abdullah Ubaid (hal 8 )
Ummurrisalah :
- Kongres Mengokohkan Jati Diri (hal 10)
- Menunggu Titik Balik Khittah Ansor (hal 14)
- Proses Regenerasi yang Rawan Intervensi (hal 19)
- Profil Singkat Kandidat Ketua Umum (hal 20)
- Pendapat para tokoh:
Wawancara : Drs H Saifullah Yusuf (hal 30)








Dapatkan juga liputan mengenai :
-Ihwal: PWNU Jatim Berbagi untuk Korban Merapi (hal 36)
-Bahtsul Masail : Jum’atan di 2 Masjid yang Berdekatan (hal 39)
-Mimbar Aula : Naskah Khutbah Jumat (hal 42)
-Uswah : Mbah Mad Watucongol (hal 47)
-Kancah Dakwah : Pengajian Abang Becak se-Surabaya (hal 50)
-Pendidikan : STAINU Temanggung (hal 54)
-Pesantren : PP Manba’ul Hikam Sidoarjo (hal 58)

Baca juga ulasan menarik lainnya seputar :
-Wawasan : Ragam Pemurtadan di Indonesia (hal 62)
-Muhibah : PWNU Jatim Menelusuri Islam di Negeri Tirai Bambu (hal 66)
-Khazanah : Menyingkap Kesakralan Bulan Muharram (hal 71)
-Tokoh : Drs KH Abuya Busyro Karim, M.Si (hal 75)
-Rehat : Ny Hj Munjidah Wahab & Prof Dr Ridwan Nasir (hal 80)
-Alam Islami : Sejarah dan Arti Bulan Hijriah-Masehi (hal 84)

Selasa, 26 Oktober 2010

Majalah AULA edisi Oktober 2010



Dapat segera Majalah AULA edisi Oktober 2010 di agen2 terdekat!

Rabu, 22 September 2010

Pesantren Condromowo Ngawi

Pesantren Spesialis Rehabilitasi Mental


Secara umum, pondok pesantren lebih dikenal sebagai institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman. Namun, pesantren yang satu ini mungkin salah satu pesantren yang tidak umum, khariqul ’adah. Pesantren ini hampir sama dengan Rumah Sakit Jiwa yang khusus melayani para pasien yang mengalami stres, gangguan jiwa, dll. Lalu, apa bedanya dengan RSJ?

Nama pesantren ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Al-Jannatu Daarul Ma’wa. Secara resmi berdiri pada tahun 1984. Pesantren ini cukup terkenal di daerah Ngawi, Magetan, Jawa Tengah, dan sekitarnya.

Pesantren Condro – demikian masyarakat lebih mengenalnya - terletak di lereng Gunung Lawu, Desa Giri-mulyo Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, berdekatan dengan “Air Terjun Srambang”. Air Terjun Srambang merupakan salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di Kabupaten Ngawi yang sering dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah. Suasana pegunungannya yang sejuk dan dingin membuat tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi pengunjung. Nama Condro atau Condromowo sendiri adalah diambil dari nama seseorang yang dikenal dengan Mbah Condromowo, seorang yang pernah menjadi Sinopati Majapahit.

Pesantren Condro yang didirikan sekaligus diasuh oleh KH. Agus Abdul Hamid Syaiful Barnawi ini, kini jumlah santrinya sekitar 130 lebih. Para santri Pesantren Condro berasal dari latar belakang yang beragam. Namun, hampir 90 persen adalah mereka yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Di sini, ada yang nyantri karena alasan rehabilitasi dari kecanduan narkoba, ada pula gangguan jiwa dan penderita cacat mental. Terapi penyembuhan yang kami jalani adalah dengan cara ruqyah” tutur pengasuh yang akrap disapa Mbah Hamid itu.

Ketika memasuki lokasi pesantren ini , Aula sempat merasa kuatir karena (harus) disambut dengan tatapan-tatapan tajam dan kosong dari para santri yang labil itu. Namun, kekhawatiran itu sirna tatkala para santri tetap tenang karena terus didampingi oleh sejumlah pembina.

Lebih jauh, Mbah Hamid menjelaskan, ruqyah adalah salah satu metode pengobatan atau penyembuhan yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw. Ruqyah adalah sistem penyembuhan dengan cara membaca doa-doa, memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah SWT. untuk mencegah atau menghilangkan penyakit. Doa atau bacaan itu kadang disertai dengan tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yangg diruqyah.

Dalam menjalankan ruqyah, seorang peruqyah tentu harus memperhatikan ketentuan-ketentuan syariat. Sehingga tidak melanggar syariat yang menyebabkan syirik. Dengan demikian, menurut Kiai kelahiran 1955 ini, dibutuhkan seseorang yang ahli. Mereka yang akan (ikut membantu) meruqyah pasien terlebih dahulu dilatih selama beberapa tahun di Pesantren Condro.

Sebagai pesantren yang banyak melayani santri atau para pasien yang mengalami gangguan jiwa, Pesantren Condro dengan izin Allah telah berhasil menyembuhkan puluhan bahkan ratusan orang. Waktu proses penyembuhan beragam. Ada yang hanya membutuhkan 1 bulan, tapi ada pula yang sampai 1 tahun. Bahkan ada yang sudah lebih 1 tahun masih harus tetap menjalani rehabilitasi.

Rutinitas Tahunan Santri

Pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, keberadaannya tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Pasalnya, sejak awal pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat.

Untuk itu, saat ini Pesantren Condro mengelola beberapa program pendidikan, antara lain Taman Pendidikan al-Qur’an, Madrasah Diniyah, Takhasshus Kitab Kuning, dan Pencak Silat Pagar Bumi. Program pendidikan ini tentu disediakan bagi santri yang normal dan mayoritas bagi putra-putri masyarakat sekitar pesantren. Pasalnya, mayoritas santri Pesantren Condro adalah santri yang mengalami gangguan mental/kejiwaan.

Dalam perbincangan dengan Aula, Mbah Hamid lebih banyak mewanti-wanti agar putra kiai tidak terlibat dalam politik praktis. Di samping untuk tetap menjaga kewibawaan kiai, ketidak-terlibatan kiai dalam politik juga akan memuluskan gagasan khitthah NU secara total. “Jika kiai ikut politik praktis, akan terjadi krisis kepercayaan masyarakat kepada kiai. Ini bahaya.” Tegasnya dengan nada kesal seraya meminta Aula untuk menulisnya.

Mbah Hamid menilai, selama ini NU Kabupaten Ngawi pasif. Sebab pengurusnya lebih sering “main mata” dengan elit politik. “Ada struktur tapi tidak jalan, tidak ada kiprahnya di masyarakat.” Tandasnya. Untuk itu, Mbah Hamid menghimbau Kiai yang ada di struktur NU, terutama di Syuriah agar sering turba ke masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat di desa.

Mbah Hamid merupakan keturunan dari Raden Brawijaya V, yang juga dijuluki Sunan Lawu atau juga mendapat julukan Kerta Bumi. Raden Brawijaya V pernah berkuasa di Kerajaan Majapahit dan merupakan raja terakhir sebelum kerajaan itu ditaklukkan oleh Kerajaan Demak. Makam Sunan Lawu berada di Gunung Lawu, dekat Pesantren Condro.

Di Gunung Lawu tersebut terdapat banyak peninggalan atau petilasan Raden Brawijaya, baik berupa candi atau bangunan lainnya. Salah-satu petilasan Brawijaya yang selama ini banyak dikeramatkan warga sekitar Gunung Lawu adalah yang terletak di Hargo Dalem -puncak tertinggi kedua di Lawu yang mencapai 3.100 meter di atas permukaan laut.
Dengan demikian, setiap tahun pada tanggal 10 bulan Sura, para santri menjalankan rutinitas ritual di Gunung Lawu, tempat makam Sunan Lawu. Ustadz Moh. Basyiri, wakil pengasuh, menuturkan, di tempat yang diyakini tempat suci itu, para santri mengadakan istighotsah bersama untuk bermuhasabah dan berdoa demi kesejahteraan bersama. ”Dengan berdoa di tempat itu, kami yakin akan lebih mustajab. Selain itu, kami berharap mendapat berkah dan hikmah dari para tokoh yang di makamkan di sana.” Katanya berargumen seraya mengakhiri. (AULA Agustus 2010)