Presiden Sambut Baik
Rekomendasi NU
Tidak seperti biasa,
Munas-Konbes NU dihadiri presiden. Biasanya cukup wakil presiden. Itulah salah
satu sisi lebih Munas-Konbes NU kali ini. Rekomendasi pun diserahkan kepada
presiden di tempat acara. Pertanda apa?
Usai sudah perhelatan besar
Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU. Forum tertinggi
dalam Jam’iyah NU setelah muktamar itu dilaksanakan pada 15-17 September silam
di Pondok Pesantren Kempek, Palimanan, Cirebon. Berbagai masalah yang berkaitan
dengan hukum Islam, persoalan kenegaraan, kerakyatan, isu internasional hingga
internal Jam’iyah NU tuntas dibahas di pesantren asuhan KH Ja’far Aqiel Sirodj
itu. Meski baru pertama kali ditempati acara besar NU berskala nasional, namun
kakak kandung Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqiel Siodj, MA itu telah membuktikan
kemampuannya menjadi tuan rumah yang baik.
Dari sisi penyelenggaraan,
Munas dan Konbes kali ini terbilang sukses besar. Ketidakkompakan panitia pusat
(hingga sampai adu fisik di ruang rapat) tidak sampai berimbas ke tempat acara.
Terlambatnya pengiriman materi Munas ke daerah-daerah juga tidak berpengaruh
pada kelancaran bahtsul masail para kiai. Kekhawatiran panitia tentang Rais Am
PBNU Dr KH MA Sahal Mahfudh yang enggan memberikan khutbah iftitah pun tidak
terbukti. Rais Am hadir dan memberikan khutbah iftitahnya dengan baik, juga
dihadiri Wakil Rais Am KH Mushofa Bisri.
Dan lagi, acara yang baru kali
ini ditempatkan di pesantren (setelah beberapa kali sebelumnya ditempatkan di
asrama haji) itu dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono beserta Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Beberapa menteri Kabinet
Indonesia Bersatu jilid dua juga hadir. Tampak Menko Polhukam Joko Suyanto,
Mensesneg Sudi Silalahi, Menag Surya Dharma Ali, Menakertrans Muhaimin
Iskandar, Mendikbud Muhammad Nuh, Menteri PDT Faishal Helmy, Menpora Andi A
Mallarangeng, dan Menpera Djan Farid. Tampak juga anggota BPK yang juga Ketua
Umum PP ISNU Ali Masykur Moesa, Ketua Umum PP GP Ansor NU Nusron Wahid, Ketua
Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP Fatayat NU Ida
Fauziyah, calon presiden dari Partai Golkar Abu Rizal Bakrie, serta para
undangan lainnya. Beberapa utusan PCI NU di luar negeri juga tampak hadir.
Ada yang menarik. Hasil
rekomendasi Munas-Konbes diberikan oleh Ketua Umum PBNU kepada Presiden pada
hari itu juga menjelang penutupan. Dan dalam amanahnya Presiden menanggapi
langsung rekomendasi NU tersebut. Rekomendasi-rekomendasi itu berkaitan dengan
politik dan pemerintahan, ekonomi, persoalan pajak dan pendidikan. Juga
rekomendasi yang berkaitan dengan internasional; mulai dari film Innocence of
Muslims yang menyakitkan, tragedi Rohingya di Myanmar yang memilukan, nuklir
Iran yang berlarut-larut hingga konflik Suriah yang tidak juga kunjung usai.
“Secara umum, saya terima dan sambut baik rekomendasi dan pemerintah akan
pelajari serta menindaklanjutinya,” kata Presiden.
Menurut Kepala Negara asal
Pacitan itu, sebagian rekomendasi yang
dihasilkan Munas-Konbes sebenarnya sama persis dengan yang dipikirkan
pemerintah. Meski demikian, ia menegaskan, tetap ada sejumlah kecil perbedaan
persepsi antara pandangan pemerintah dan hasil Munas-Konbes, karena perbedaan
data yang dipegang. “Namun, secara keseluruhan,
rekomendasi positif dan konstruktif, menyangkut masalah utama bangsa.
Rekomendasi itu penting untuk meningkatkan
kebijakan dan program yang kami jalankan,” tandas Presiden.
Dalam pidatonya di depan para
kiai, Presiden tidak menanggapi semua isu yang dibahas di Munas-Konbes.
Presiden, antara lain, menanggapi materi fatwa wajib atau tidaknya membayar
pajak ketika uang pajak banyak dikorupsi pejabat.Mengenai wacana boikot pajak
jika terus-menerus dikorupsi, Presiden menilai ada semangat luar biasa dari NU
untuk memperbaiki pengelolaan keuangan negara. Dia mengakui, pajak merupakan
sumber keuangan negara terbesar, yaitu, 70 persen sumber pendapatan nasional.
Sebagaimana diberitakan,
Munas-Konbes memutuskan, masih akan memberi waktu bagi pemerintah untuk
memperbaiki pengelolaan pajak. Secara resmi, NU merekomendasikan agar
pemerintah lebih transparan dan bertanggung jawab terkait dengan penerimaan dan
pengalokasian uang pajak, selain juga harus memastikan tidak ada kebocoran.
Pemerintah juga
direkomendasikan agar mengutamakan kemaslahatan warga negara, terutama
fakir-miskin, dalam penggunaan pajak. Jika hal-hal tersebut tidak dilaksanakan,
PBNU akan mempertimbangkan mengenai kemungkinan diberikannya fatwa hilangnya
kewajiban warga negara membayar pajak.
Presiden juga menyambut baik
rekomendasi tentang pemberantasan korupsi. Menurut dia, hingga saat ini
pemerintah konsisten dan konsekuen dalam memberantas korupsi. Pemerintah tidak
tebang pilih dan pandang bulu menyangkut hal tersebut. “Dari sekian banyak
kasus yang diproses KPK, ada yang berasal dari Parpol saya, ada juga orang yang
dianggap dekat dengan saya. Hukum tetap harus ditegakan,” tandasnya.
Atas tanggapan Presiden
tersebut, Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqiel Sirodj, MA menanggapi positif. Ia
optimistis pemerintah merespons serius sejumlah rekomendasi hasil Munas-Konbes
tersebut. “Setidaknya sudah didengar, walaupun memang tidak harus sekarang
diberi peringatan terus sekarang pula menjadi baik,” kata Kiai Said. Dia yakin,
bangsa Indonesia saat ini sesungguhnya masih merupakan bangsa yang diselamatkan
oleh Allah. “Karena kalau sudah diberi peringatan, kok malah semakin
menjadi-jadi, berarti bangsa ini sedang sakit,” tandasnya.
Kiai Said juga menceritakan
jika Presiden SBY sempat melakukan pertemuan khusus dengan sekitar 20 ulama di
arena Munas-Konbes. “Di sana saya katakan, kalau semua rekomendasi ini jangan
disalahpahami. Semua murni kajian berbasis ilmu keagamaan, tidak ada tendensi
politik apa pun,” ungkapnya.
Insiden di kamar sekretariat
Siang itu terdengar pengumuman
dari ruang sekretariat tentang bakal adanya pembagian kenang-kenangan dari
sponsor. Tak lama kemudian terlihat beberapa orang saling berebut pembagian
buku-buku, majalah dan kalender gratis di depan ruang sekretariat, seperti yang
diumumkan tak lama sebelumnya. Usai mendapatkan pembagian yang tidak merata
itu, mereka berlarian masuk kamar lagi dengan tertawa riang. Masing-masing
seakan ingin memamerkan hasil yang didapatkannya.
Tapi ada yang cukup mengagetkan.
Beberapa orang tampak marah dan merobek-robek buku agenda yang baru saja
diterimanya secara gratisan itu. Sekitar separuh buku dirobek, sisanya dipakai.
Kenapa, Pak? “Ini, salibnya banyak sekali,” tutur orang itu dengan mimik marah.
Beberapa orang saling berpandangan melihat peristiwa itu. Salah seorang di
antara mereka menghitung, ternyata dalam buku agenda itu terdapat 24 gereja, 3
vihara dan beberapa komunitas Tionghoa yang mengucapkan selamat atas suksesnya
Munas-Konbes. Ada yang memaklumi, ada pula yang tidak dapat menoleransi
sehingga terjadilah insiden spontan tersebut.
Pelajaran dari Muktamar Makassar
Munas-Konbes telah ditutup pada
Senin sore (17/9) oleh Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqiel Sirodj, MA dengan
sederhana, bertempat di GOR Munas, yang sebelumnya juga dijadikan tempat
pembukaan.
Berbagai persoalan telah
terpecahkan, aturan organisasi telah disepakati, program telah dicanangkan,
rekomendasi telah diterima pemerintah dan para kiai telah kembali ke kediaman
masing-masing. Para panitia juga tampak lega dengan selesainya rangkaian acara
yang benar-benar menyita tenaga dan pikiran itu.
Selesai? Tentu semua berharap
begitu. Namun bagi sebagian pihak yang merasakan betul pahitnya ‘tragedi’ pasca
Muktamar Makassar dua tahun silam, selesainya Munas-Konbes bukan berarti
selesai segalanya lalu tinggal menunggu hasil-hasil persidangan itu dicetak
dalam bentuk buku.
Mereka masih memiliki
kekhawatiran, jangan-jangan peristiwa itu akan terulang kembali. Betapa
hasil-hasil muktamar telah berubah sedemikian rupa ketika materi sampai di
tangan tim perumus.
Untuk itulah sejak dalam
persidangan komisi PWNU Jatim -- yang dikuatkan oleh Jateng dan Jabar dan
akhirnya disetujui bersama -- meminta ada pengawalan. Sekadar jaga-jaga saja. Mohammad
Subhan
bagaimana managgapi sanggahan saudara kita orang salfi atau yang lain terhadap omongan peristiwa kepala budha yang di ganti wajah gus dur ???
BalasHapusjudulnya gus dur dihina marah
gus dur menghina alqur an gak marah
apakah memang pernah ada peristiwa gus dur seperti ithu
mohon unthuk di bahas dan di publikasikan di lain waktu agar tidak ada lagi perpecahan antar agama islam
semoga indonesia baldathun thoyyibatun wa robbun ghofur
AL ISLAMU YA'LU WALA YU'LA ALAIH
ALLAAAAAHUUUUU AKBAR