H. Abdullah Azwar Anas, S Pd, SS, M Si.
Tokoh Muda dengan Banyak Terobosan
Di usianya yang masih terbilang
muda, Kang Anas, demikian ia biasa
disapa, telah menorehkan karir yang cemerlang.
Beberapa jabatan penting politik dan organisasi telah
dipercayakan kepadanya. Kini, selain menjabat Bupati Banyuwangi , ia juga Ketua
ISNU Jawa Timur. Terbaru, sejumlah partai politik menyebut-nyebut namanya
untuk disandingkan mendampingi Pak De Karwo dalam Pilgub 2013.
--------
Ahad pagi (11/11) sekitar pukul 07.00 WIB, Aula mendatangi GOR Tawangalun
dengan tujuan wawancara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Ya, karena
di tempat itulah Kang Anas bersama warganya sedang menyelenggarakan
jalan sehat memperingati Hari Kesehatan Nasional di
Banyuwangi. Ternyata benar, tak lama kemudian orang yang kami cari telah
muncul.
“Aula ya!?” sapanya ketika kami bertemu, lalu
ia mempersilakan masuk ke mobil dinasnya. Bupati asli putra
daerah yang masih mengenakan kaos olah raga, training
panjang dan sepatu kets itu tampak sumringah. Perasaan penuh optimis
selalu tampak terpancar dari wajahnya. Tak lama kemudian mobil plat
merah itu meluncur menuju rumah dinas. Nah, selama perjalanan
itulah kami melakukan wawancara dengannya. “Sebentar
lagi saya langsung ke Surabaya ,
Mas, untuk menggelar rapat koordinasi dengan jajaran pengurus
ISNU,” ungkapnya sambil meminta maaf karena waktu yang diluangkan tidak
banyak. Yah, memang itulah konsekuensi seorang pejabat, apalagi seorang
kepala daerah.
Kang Anas pun bertutur tentang pengabdiannya di
NU. Menurut bapak satu putra itu, kesadaran dirinya untuk aktif
di lingkungan NU tidak datang begitu saja. Rupanya semua itu terjadi karena
keinginan orang tuanya yang sejak lama mendambakan anak-anaknya menjadi
aktifis NU dan mengabdi kepada kiai. Terbukti, sejak kecil dirinya sudah
akrab dengan pendidikan NU. Beberapa kali dirinya nyantri
di pondok pesantren kenamaan; mulai dari Pondok
Pesantren An-Nuqoyyah (Sumenep), Bustanul Makmur (Banyuwangi), Darunnajah
(Banyuwangi) dan Pesantren Ash-Shiddiqi Putra (Ashtra, Jember).
Pesantren-pesantren itulah yang banyak membentuk karakter
ke-NU-an dirinya.
Khusus untuk Pesantren An-Nuqoyyah,
Guluk-guluk, Sumenep, suami dari Ipuk
Fiestiandani ini mengaku dirinya punya kenangan
tersendiri. Ketika masih SD, ia diajak oleh ayahnya menemui
temannya di daerah Madura. Nah, setelah
bertamu, tiba-tiba dia ditinggalkan di sana dan disuruh mondok
di Pesantren An-Nuqoyyah, yang kebetulan tak jauh dari rumah teman
ayahnya. “Tentu ini mengagetkan, niat berkunjung ternyata di suruh
mondok,” kenangnya sambil terkekeh.
Pengabdian di
NU dimulai ketika dirinya duduk di bangku sekolah
menengah atas dengan mendirikan IPNU Komisariat SMA Negeri Kotatif
Jember. Memang, semasa SMA lelaki kelahiran Banyuwangi 6 Agustus
1973 itu mondok di Pesantren Ashtra dan sekolah di SMAN 1 Jember. Posisi
itu diambil karena dia memegang teguh pesan ayahnya yang mengharuskan berpijak
di pesantren. “Abah saya memperbolehkan sekolah di mana saja, asalkan
tinggal di pesantren," Kang Anas menceritakan masa lalunya. “Nah, waktu sekolah di SMA Negeri 1 Jember itulah saya
aktif di IPNU dan menjadi ketua komisariat di sana ,” tuturnya dengan nada merendah. Padahal
banyak orang mengakui terobosannya dalam membuka Komisariat IPNU di SMA Negeri
bonafide tersebut sebagai sesuatu yang luar biasa.
Dari IPNU komisariat itulah karirnya terus
meningkat. Terutama sejak dirinya memutuskan hijrah ke ibukota
untuk kuliah di Fakultas Teknologi IKIP dan Fakultas Sastra UI
Jakarta pada tahun 1992. Selama masa-masa perkuliahan itu pula
dirinya terus aktif di PP IPNU dan berupaya memberikan yang terbaik
untuk NU. JabatanWakil Sekjen PP
IPNU (1993-1996) dan Sekjen PP
IPNU (1996-2000), bahkan Ketua Umum PP IPNU (2000-2003),
pernah dipercayakan kepadanya. Rekam jejak yang sedemikian
gemilang di usia muda itulah yang menjadikan anak kedua dari
11 bersaudara putra pasangan KH Achmad Musayyidi dan Hj Siti Aisyah itu
semakin banyak mendapat kepercayaan dari NU.
Ketika masih menjabat Sekjen PP IPNU misalnya, ia telah
terpilih menjadi anggota MPR-RI termuda kedua dari
utusan golongan (1997-1999). Dari sinilah karir politiknya
dimulai. Ketika PKB didirikan pada 1998, ia duduk di Wakil
Ketua Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa (1998-2000), setahun
kemudian dipercaya menjadi Wakil Sekjen DPP PKB (2001-2005).
Kursi DPR RI mulai dirasakannya melalui hasil Pemilu
2004. Lima
tahun ia duduk di Komisi V yang membidangi infrastruktur, transportasi, perumahan
dan daerah tertinggal. Di komisi itulah Kang Anas menjadi salah
satu inisiator penyelesaian kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo,
inisiator hak interpelasi DPR atas kenaikan bahan bakar
pokok, dan juga inisiator hak angket DPR atas kebijakan pemerintah
menaikkan tarif BBM pada tahun 2007.
Memimpin Daerah
Dua tahun lalu Kang Anas terpilih sebagai Bupati
Banyuwangi. Di tanah kelahirannya itu makin tampak jelaslah jiwa kepemimpinnya
yang luar biasa. Betapa tidak, gonjang-ganjing dunia politik di Kota Gandrung
itu sangat keras dan berlarut-larut. Banyak korban telah berjatuhan. Tapi
setelah tampuk kepemimpinan berada di tangan Kang Anas, suasana panas itu sirna
dengan sendirinya.
Ketika suasana sudah tenang, Kang Anas memulai kerja
dengan semangat tinggi. Ia bertekad untuk menjadikan Banyuwangi sebagai The Sunrise
of Java. Banyak gebrakan luar biasa
ia tunjukkan. Kekayaan alam dan potensi sumber daya manusia yang ada ia
manfaatkan betul untuk membangun. Hasilnya? Ternyata luar biasa. Dalam masa dua
tahun ia berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 72,2 persen pada akhir
tahun lalu, dengan IPM dari 68% menjadi 72,08%.
Atas sentuhan tangannya pula Banyuwangi menjadi semakin
menarik di mata investor.
“Menurut data BKPM, tahun 2010 Banyuwangi menempati
ranking 31 dalam hal minat investasi di Jawa Timur. Dan pada tahun
2011, Banyuwangi sudah berada di urutan nomor 3 untuk kota tujuan investasi, di bawah Gresik
dan Sidoarjo,” tuturnya dengan optimis.
Masalah keamanan dan kemiskinan juga sudah ditandanginya
sejak menjabat bupati. Dua tahun silam, Kabupaten Banyuwangi masuk 10 besar
rawan kejahatan. Tapi kini, tempat asal muasal budaya Osing ini sudah menapak di
10 besar daerah teraman di Jawa Timur. Salah satu kunci keberhasilannya, Kang Anas secara rutin mengajak berbagai pihak,
Forpimda, kalangan LSM, Ormas dan media duduk bersama memikirkan dan mendukung
kondusifitas daerah untuk Banyuwangi ke
depan.
"Kita punya forum pertemuan tiga bulanan dengan
semua pihak. Saya ingin semua elemen masyarakat terlibat dalam program-program
pemerintah untuk ikut serta menyejahterakan rakyat," paparnya.
Nama Azwar Anas memang identik dengan terobosan. Untuk mendongkrak pariwisata daerah misalnya, berbagai
acara digelar. Bahkan kegiatan-kegiatan berskala internasional, mulai
dari Banyuwangi Ethno Carnival, International Supercross sampai Tour
de Ijen. Lelaki yang selalu tampak enerjik itu tak pernah berhenti
mempromosikan eco-tourism yang banyak dimiliki di tanah Blambangan itu.
Kini, Banyuwangi telah menjadi salah satu destinasi wisata nasional dan
internasional. “Ketika banyak wisatawan datang ke Banyuwangi, maka banyak pihak
yang diuntungkan, khususnya rakyat,” Kang Anas menjelaskan motif di balik
tujuannya.
Salah seorang bupati terbaik selama pendidikan Lemhannas
2012 itu tak keberatan menularkan kunci suksesnya. Salah satu dari kunci
itu adalah tetap menjaga komunikasi yang baik dengan para ulama,
tokoh lintas agama dan para insan media. Kegiatan itu rutin ia laksanakan
setiap tiga bulan sekali. “Untuk menjaga stabilitas keamanan
masyarakat dan mendengarkan keluh kesah apa yang ada dalam masyarakat,”
tuturnya. Selain itu, yang terpenting adalah pertemuan tersebut juga dapat
menjadi motor penggerak dari pembangunan ekonomi yang sedang digalakkan
oleh Pemda.
Tetap
Setia Berkhidmat
Sebagai seorang kader, Kang Anas mengaku tak pernah lepas
komunikasi dengan para stakeholder NU. Ia secara intensif selalu melakukan
komunikasi dengan para kiai. "Setiap tiga bulan sekali saya bertemu para kiai,
pengasuh-pengasuh pesantren, pengurus dan tokoh-tokoh NU. Saya selalu dengarkan
taushiyah-taushiyah mereka. Ini jadi bahan buat saya dalam memimpin
Banyuwangi," Kang Anas menularkan resep yang lain.
Ketua PCNU Banyuwangi, KH Masykur Ali, tidak menampik
sinyalemen itu. Bahkan Kiai Masykur memandang Azwar Anas sebagai pribadi yang
luar biasa dalam memimpin Banyuwangi. Kang Anas, menurutnya, bisa masuk ke
semua lini dan membuat gebrakan-gebrakan yang luar biasa.
"Program-program yang diusungnya memang menyentuh
masyarakat, khususnya rakyat kecil. Ia benar-benar diterima.
Terobosan-terobosannya belum pernah dilakukan oleh bupati-bupati
sebelumnya," terang Pengasuh Pesantren Ibnu Sina Genteng Banyuwangi itu.
Lebih dari itu, Kiai Masykur mengacungkan jempol atas upaya Kang Anas
dalam menutup lokalisasi di Banyuwangi. Menurutnya, hal itu merupakan tindakan
nyata dari seorang umara’ dalam memerangi kemungkaran di daerah kekuasaannya.
Model komunikasi yang efektif ke semua kalangan juga
diakui oleh Kiai Masykur. Kang Azwar tidak saja mampu berkomunikasi dengan baik
kepada kalangan NU, terhadap pihak-pihak di luar NU juga mendapat dukungan yang
besar, termasuk dari kalangan non muslim. Ia mampu menyatukan kerukunan dan
kebersamaan antar umat beragama unuk membangun Banyuwangi. Kang Anas, dalam
pandangan Kiai Masykur, harus menjabat bupati dua periode agar pekerjaannya
tuntas untuk menyejahterakan Banyuwangi.
"Kalau beliau nyalon (bupati) lagi, tidak perlu
kampanye, bisa langsung jadi. Karena dukungan masyarakat luar biasa. Seluruh
elemen mendukungnya. Pak Anas sudah terbukti," kiai yang selalu enerjik itu
mempromosikan kadernya.
Berkat terobosan yang dilakukan dan prestasi yang diraih,
pada akhir tahun 2012 lalu Kang Anas terpilih sebagai Bupati Paling Inovatif di
bidang kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Penghargaan diberikan langsung oleh
Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo.
Kesuksesan di usia muda itulah yang menjadikan Gubernur
Jawa Timur Soekarwo (konon) meliriknya untuk mendampingi dalam Pilgub 29
Agustus mendatang. Menanggapi isu bakal digandeng Pak De Karwo, Kang Anas menyatakan,
ia menghargai siapapun yang memiliki ide tersebut. Namun ia lebih memilih berkonsentrasi
untuk berkhidmat di Banyuwangi yang sekarang sedang berkembang.
*) Dimuat di Majalah Aula 2013