Kamis, 14 Juni 2012

KH Abdul Halim

Kiai Pejuang Sejati

Namanya tak begitu dikenal. Ia memang tak sekondang para pejuang kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, KH A Wahid Hasyim, Syahrir, atau Natsir. Namun, jejak kepahlawanan KH Abdul Halim tak kalah panjang dari mereka. Ia termasuk di antara para tokoh pendiri bangsa. Ia terselip dideretan nama anggota BPUPKI.

Lahir di Desa Cibolerang, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka pada 4 Syawal 1304 atau 26 Juni 1887 dikenal sebagai ulama besar dan tokoh pembaharuan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kemasyarakatan yang memiliki corak khas di masanya.

Pada masa kecil, nama aslinya adalah Otong Syatori. Sejak menunaikan ibadah haji ia berganti nama menjadi Abdul Halim. Ayahnya KH Muhammad Iskandar, penghulu Kawedanan Jatiwangi, dan ibunya Hj Siti Mutmainah binti Imam Safari. Ia anak bungsu dari delapan bersaudara, menikah dengan Siti Murbiyah, putri KH Mohammad Ilyas, pejabat Hoofd Penghulu Landraad Majalengka (sebanding dengan kepala Kemenag tingkat kabupaten).

Latar belakang keluarga dikenal taat dalam beragama, bahkan ibunya masih keturunan Sultan Syarif Hidayatullah. Tidak mengherankan jika pendidikan yang menyangkut pelajaran agama Islam, sudah didapatinya sejak usia dini. Pada usia 10 tahun, ia telah belajar Al-Qur’an kepada orang tuanya.

Kemudian ia mencari ilmu di berbagai pelosok Jawa Barat dan Jawa Tengah hingga usianya mencapai 22 tahun. Gurunya pertama adalah KH Anwar, di PP Ranji Wetan, Majalengka. Ia kemudian berpindah dari satu pesantren ke pesantren lain. Rata-rata bermukim antara satu sampai tiga tahun di setiap pesantren. Kiai yang pernah menjadi gurunya antara lain KH Abdullah (Pesantren Lontangjaya, Majalengka), KH Sijak (Pesantren Bobos, Cirebon), KH Ahmad Sobari (Pesantren Ciwedas, Cilimus, Kuningan), dan KH Agus (Pesantren Kedungwangi, Pekalongan).

Dirasa cukup menimba ilmu agama dari banyak kiai lokal, Halim remaja memutuskan naik haji di usia 22 tahun. Bukan semata menunaikan rukun Islam kelima, melainkan juga untuk mendalami disiplin ilmu agama kepada Syeikh Ahmad Khatib, imam dan khatib Masjidil Haram, dan Syeikh Ahmad Khayyat. Di Makkah pula, ia bertemu dengan KH Mas Mansyur dari Surabaya (tokoh Muhammadiyah) dan KH Abdul Wahab Chasbullah (tokoh NU). Sejak itu pula, ia mulai bersentuhan dengan tulisan-tulisan Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Organisatoris Ulung

Abdul Halim kembali ke Tanah Air pada 1911 M dengan membawa semangat dan tekad yang membara dan merealisasikan Majelis Ilmu (1911) sebagai tempat pendidikan agama dalam bentuk yang sangat sederhana pada sebuah surau yang terbuat dari bambu. Dirikan di atas tanah milik mertuanya, KH Muhammad Ilyas. Sehari-hari, Kiai Abdul Halim dibantu oleh mertuanya dalam memberikan pelajaran kepada para santrinya. Kian lama, aktivitas Majlis Ilmu semakin berkembang. Sebuah asrama berhasil dibangun sebagai tempat tinggal para santri.

Setahun kemudian Majlisul Ilmi disempurnakan menjadi organisasi yang lebih besar dengan nama Hayatul Qulub. Aktivitasnya disamping berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, juga kegiatan ekonomi rakyat terutama dalam menghadapi persaingan pengusaha asing yang menguasai pasar juga melawan penindasan Belanda. Hayatul Qulub mempelopori berdirinya perusahaan percetakan, pembangunan, pabrik tenun serta pengembangan usaha-usaha pertanian. Suatu hal yang menarik adalah penerapan sistem pemilikan saham-saham perusahaan bagi guru yang aktif mengajar. Di bidang sosial-kemasyarakatan, ia mendirikan rumah yatim piatu Fatimiyah.

Organisasi Hayatul Qulub tidak berumur panjang, tahun 1915, dibubarkan. Penjajah Belanda menganggap organisasi tersebut menjadi penyebab terjadinya beberapa kerusuhan (terutama antara pribumi dan Cina). Akan tetapi Kiai Abdul Halim tetap gigih dan tidak pernah menyerah. 

Baru pada tahun 1916 berdiri Perikatan Oelama (PO) sebagai pengganti Hayatul Qulub. Tahun 1924 Perikatan Oelama semakin berkembang dan hampir menjangkau ke seluruh wilayah Jawa dan Madura, bahkan tahun 1939 telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia.

Secara bertahap, organisasi yang dipimpinnya dapat memperbaiki keadaan masyarakat, khususnya kurang mampu. Dalam mengembangkan bidang pendidikan, KH Abdul Halim juga memperluas usaha bidang dakwah dengan menjalin hubungan dengan beberapa organisasi seperti dengan Muhammadiyah, Sarekat Islam, dan Ittihad Al Islamiyah (AII).

Tahun 1942, dia mengubah Perikatan Ulama menjadi Perikatan Umat Islam, yang kemudian pada 1952 melakukan fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) yang berkedudukan di Bandung.

Untuk pengembangan organisasi, Halim mengembangkan usaha pertanian dengan membeli tanah seluas 2,5 ha. Ia juga mendirikan percetakan pada 1930. Pada 1939 membangun perusahaan tenun dan beberapa perusahaan lainnya. Semua perusahaan di bawah pengawasannya.

Abdul Halim mewajibkan para guru menanam saham di perusahaan tersebut, sesuai dengan kemampuan. Tujuannya, agar perusahaan berkembang pesat. Ia juga mendirikan sebuah yayasan yatim piatu yang dikelola persyarikatan wanita, Fatimiyah.

Salah satu kegiatan yang menonjol adalah pertolongan kepada para pelajar dengan membentuk I’anatul Muta’allimin. Antara tahun 1917-1920 telah dibangun 40 Madrasah, sebagian besar di Jawa, dengan metode pengajaran modern, yang pada saat itu mendapat tentangan dari berbagai pihak. Pada Kongres IX P.O., Kiai Abdul Halim melahirkan ide untuk membangun sebuah pesantren, dimana santri tidak saja belajar agama tetapi juga dilatih berbagai kerajinan dan keterampilan. 

Ide ini mendapat sambutan positif. Pada April 1942, Ia mendirikan pesantren Santi Asromo di Majalengka sebagi bekal keterampilan santri agar hidup mandiri, tanpa harus tergantung pada orang lain, atau menjadi pegawai pemerintah.

Buah Perjuangan

Kiai Abdul Halim adalah pejuang kemerdekaan dan mempunyai andil besar dalam mempersiapkan kelahiran Republik Indonesia. Ia berjuang dalam memperjuangkan kemerdekaan. 

Dalam mempertahankan kemerdekaan, Abdul Halim berbasis di Gunung Ceremai untuk menghadapi Agresi Militer Belanda II dengan gerilya. Ia memimpin dalam penghadangan militer Belanda di wilayah Keresidenan Cirebon, ikut dalam BPUPKI dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia sebagai anggota BPUPKI.

Kiai Abdul Halim aktif berperan menentang pemerintahan kolonial. Pada 1912 ia menjadi pimpinan Sarekat Islam cabang Majalengka. Pada 1928 menjadi pengurus Majelis Ulama yang didirikan Sarekat Islam bersama-sama dengan KH M Anwaruddin dari dan KH Abdullah Siradj. Ia juga menjadi anggota pengurus MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) yang didirikan pada 1937 di Surabaya.

Pada 1943, setelah MIAI diganti dengan Masyumi, ia menjadi salah seorang pengurusnya. Ia juga termasuk anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan anggota Konstituante pada 1955. Di kalangan kolega, ia dikenal sebagai orang sederhana, pengasih, dan mengutamakan jalan damai dalam menyelesaikan persoalan.

Pada 1940, ia bersama KH A Ambari menghadap Adviseur Voor Indische Zaken, Dr. GF. Pijper di Jakarta, untuk mengajukan tuntutan yang menyangkut kepentingan umat Islam. Ketika terjadi Agresi Belanda 1947, ia bersama rakyat dan tentara mundur ke pedalaman untuk menyusun strategi. Ia juga menentang keras didirikannya Negara Pasundan oleh Belanda pada 1948.

Bertepatan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2008, KH Abdul Halim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI No 041/TK/2008 tanggal 6 November 2008 tentang Tanda Kehormatan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang disertai tanda kehormatan Bintang Maha Putra Adi Perdana yang diterima keluarganya. Keputusan ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu Dr H Muhammad Nuh. Penetapan pemerintah ini bersama dengan Bung Tomo dan Mohammad Natsir. 

Ia pernah menjadi Bupati Majalengka oleh Residen Cirebon, serta produktif menulis. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah Da`wat Al-mal, Tarich Islam, Neratja Hidoep, Risalat, Ijtima`iyyat wa Ilahuha, Kitab 262 Hadist Indonesia, Tafsir Juz `Amma, dan Koperasi dalam Islam. jm

Senin, 04 Juni 2012

Susu Kedelai

Melebihi Nutrisi Susu Sapi




Susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai mungkin sudah biasa dikonsumsi, tetapi bagaimana dengan susu dari kedelai? Padahal menurut hasil penelitian, susu kedelai jauh lebih bernutrisi daripada susu sapi dan mengandung sedikit lemak.

Tanaman kedelai liar adalah jenis kedelai pertama yang tumbuh di daerah Manchuria (daratan Cina). Dari Cina, tanaman kedelai merambah hingga ke Jepang (abad ke-6) dan Eropa (abad ke-17). Di Indonesia, tanaman kedelai mulai dibudidayakan untuk bahan pangan dan pupuk hijau sejak abad ke-17.

Dalam sebuah penelitian, kedelai  sebenarnya sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau dan musim hujan. Sedang rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok untuk produksi kedelai adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah bulan kering 3-6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95-122 hari selama setahun.

Kedelai mempunyai perawakan kecil dan tinggi batangnya dapat mencapai 75 cm. Bentuk daunnya bulat telur dengan kedua ujungnya membentuk sudut lancip dan bersusun tiga menyebar (kanan – kiri – depan) dalam satu untaian ranting yang menghubungkan batang pohon. Kedelai berbuah polong yang berisi biji-biji. Menurut varitasnya ada kedelai yang berwarna putih dan hitam. Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu-bulu yang kasar berwarna coklat. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di atas permukaan laut.

Kedelai biasa ditanam di ladang sebagai salah satu sumber makanan pokok. Di beberapa daerah Kedelai memiliki sebutan sebutan yang berbeda. Kedhelih (Madura); Kedelai, Kacang jepun, Kacang bulu (Sunda), Lawui (Bima); Dele, Dangsul, Dekeman (Jawa), Retak Menjong (Lampung); Kacang Rimang (Minangkabau), Kadale (Ujung Pandang).

Entah karena mengikuti trend atau memang para penjual sadar dengan kecenderungan kesadaran sebagian besar masyarakat yang saat ini mulai mengkonsumsi susu kedelai, sudah banyak para penjaja minuman ini. Keberadaan susu kedelai hampir sama dengan antusias sebagian orang untuk meminum sinom, es degan dan makanan serta minuman alamiah lainnya. Hal ini tentu cukup membanggakan.

Bahkan beberapa koperasi telah menggandeng para petani kedelai untuk meneruskan tradisi menanam dengan memproduksi minumam susu kedelai.

Pada saat yang bersamaan, banyak layanan masyarakat maupun iklan yang mendorong agar manusia untuk lebih banyak mengkonsumsi minuman ini.

Dan gayungpun bersambut. Sejumlah pengusaha kelas menengah dan kecil memanfaatkan peluang ini dengan baik. Dengan modal yang tidak terlampau besar, usaha ini dapat dijadikan sebagai penopang kebutuhan hidup yang kian kompleks.

Salah seorang pebisnis minuman ini, Siti Ernawati menyatakan bahwa usaha yang digeluti belum genap setahun ini telah menjanjikan keuntungan yang tidak kecil. “Tinggal menjaga kualitas agar kepercayaan konsumen tetap terjaga,” katanya ketika menyuplai stok untuk salah satu pesantren besar di Jombang. Dia juga berharap, pasokan kedelai akan stabil dan harganya juga tetap terjangkau. 

Kandungan Manfaat

Para peneliti dari Universitas Naples, Italia, melakukan perbandingan antara susu kedelai dengan susu sapi. Hasilnya, susu kedelai mengandung lebih sedikit lemak dan mengandung asam lemak omega-3 yang bisa membantu menurunkan kolesterol.

Dalam penelitian yang dilakukan pada hewan percobaan, diketahui hewan yang diberi susu kedelai memiliki kadar lemak darah trigliserida lebih rendah dan sistem metabolik mereka tidak stres.

Susu kedelai memiliki kadar protein dan komposisi asam amino yang hampir sama dengan susu sapi. Keunggulan lain dari susu kedelai dibandingkan susu sapi adalah tidak mengandung kolesterol sama sekali. Susu kedelai mulai populer di kalangan banyak masyarakat sebagai pilihan baru selain susu sapi. Susu kedelai mudah didapat dengan harga sangat murah.

Dengan ringkasan manfaat susu kedelai ini semoga bisa menjadikan susu kedelai yang Karena kadar asam amino lisin yang tinggi, susu kedelai dapat digunakan untuk meningkatkan nilai gizi protein pada nasi dan makanan serealia lainnya, yang umumnya rendah kadar lisinnya. Mutu protein susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi.

Kandungan Gizi Kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Susunan asam amino pada kedelai lebih lengkap dan seimbang. Kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai mengandung protein tinggi dan mengandung sedikit lemak. Protein kedelai juga dibuktikan paling baik dibandingkan jenis kacang-kacangan lain. Kandungan proteinnya setara dengan protein hewani dari daging, susu, dan telur.

Asam lemak tak jenuh ini dapat mencegah timbulnya pengerasan pembuluh-pembuluh nadi. Tidak semata itu, kedelai juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dan dapat mengurangi risiko penyakit jantung, seperti yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian.

Kadar trigliserida dan kolesterol yang tinggi merupakan pemicu penyempitan pembuluh arteri sehingga aliran darah tersumbat. Kondisi ini bisa memicu serangan jantung dan stroke.

Para peneliti juga menemukan susu kedelai mengandung kalsium tinggi, hampir sama dengan susu manusia, serta bisa dipakai pada anak-anak yang alergi pada susu sapi.

Dalam presentasi yang dilakukan pada European Congress on Obesity di Turki, para peneliti juga menyatakan konsumsi susu kedelai bisa digiatkan. Meski susu kedelai ini sudah biasa dikonsumsi di Italia, tetapi susu ini relatif sulit ditemui di negara lain.

Resep Tradisional
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan manfaat dari susu kedelai secara lebih optimal.

1. Diabetes Mellitus
Bahan: 1 genggam biji kedelai hitam.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas dan disaring untuk diambil airnya.  Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan secara rutin setiap hari.

2. Sakit Ginjal
Bahan: 3 sendok makan biji kedelai. Cara membuat: direbus dengan 2-3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum pada pagi hari setelah bangun tidur dan dilakukan secarar rutin setiap hari.

3. Reumatik
Bahan: 1 sendok makan biji kedelai hitam, 1 sendok makan kacang hijau, dan 2 sendok makan kacang tanah.
Cara membuat: semua bahan tersebut digoreng tanpa minyak (sangan = Jawa), kemudian ditumbuk (digiling) sampai halus. Cara menggunakan: dimakan 2 kali sehari 1 sendok teh, pagi dan sore.
Diharapkan dengan beberapa cara ini akan membuat kita mampu merengkuh manfaat dan kegunaan dari susu kedelai. Atau bila memang tidak memungkinkan, di beberapa tempat mulai banyak dijual varian dari susu kedelai yang siap untuk dikonsumsi.
Kata orang, negeri ini sarat dengan flora dan fauna yang tak terhingga. Bila dimanfaatkan dengan baik, maka sudah pasti manfaatnya akan dapat dirasakan. Untuk bisa ke arah sana, jalan yang ditempuh adalah dengan menyadari manfaat dari semua anugerah tersebut. Selamat memanfaatkan anugerah yang telah Allah SWT limpahkan kepada negeri ini.

*) Dimuat di Majalah AULA Edisi Januari 2012

9 Universitas Pertama di Dunia

Kejayaan sebuah peradaban dapat dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan bangsanya. Semua itu dapat ditelusuri dari bukti sejarah yang masih dapat dilihat hingga kini. Harus diakui, umat Islam telah menjadi pelita dunia selama ratusan tahun sebelum kemudian tenggelam.


Kejayaan peradaban umat Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan zaman dahulu memang mendominasi. Dalam konteks ini, universitas adalah salah satu unsur penting yang patut dijadikan ukuran. Dari sembilan universitas tertua di dunia, pendirian tiga kampus di antaranya didominasi oleh umat Islam. Berikut ini adalah 9 universitas tertua seperti dikutip dari www.collegestats.org.




1.  Universitas Al-Qarawiyyin
Universitas ini oleh orang Barat disebut dengan Al-Karaouine yang terletak di Fes, Maroko. Berawal dari sebuah masjid yang didirikan pada tahun 245 H/859 M oleh Fatimah binti Mohamed Al-Fahri. Fatimah dan saudaranya Mariam adalah dua perempuan terdidik yang mewarisi harta yang melimpah dari sang ayah. Fatimah lalu menggunakan warisannya untuk membangun sebuah masjid. Nama masjid diambil dari nama asal ayah Fatimah, yakni kota al-Qairawan.
Universitas ini pun mendapat rekor dunia dari Guinness Book of World Records pada tahun 1998 kategori universitas tertua yang menawarkan gelar sarjana. Sebelumnya, Majalah Time edisi 24 Oktober 1960 secara menarik menuliskan kisah berdirinya Universitas Al-Qarawiyyin dalam tulisan berjudul Renaissance in Fez. Di dalamnya termuat bahwa al-Qarawiyyin telah memiliki peran besar bagi perkembangan Eropa, sebab banyak ilmuan muslim maupun non muslim yang belajar di universitas ini kemudian melakukan pencerahan bagi masyarakat Eropa pada abad ke-15 M.




2. Universitas Al Azhar
Nama universitas yang terletak di Kairo, Mesir, ini tidak asing lagi bagi kaum muslim Indonesia. Mulanya universitas ini berawal dari masjid yang dibangun oleh Bani Fatimiyah yang menganut mazhab Syi’ah Ismailiyah.
Sebutan Al-Azhar mengambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Masjid ini dibangun sekitar tahun 970-972 dan memulai pelajaran pada Ramadlan atau Oktober 975 M, ketika Ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu’man mengajar dari buku “Al-Ikhtisar” mengenai topik yurisprudensi Syi’ah.
Madrasah yang terhubung dengan masjid ini kemudian dibangun pada tahun 988. Belakangan, universitas ini menjadi sekolah bagi kaum Sunni menjelang abad pertengahan dan terus terpelihara hingga saat ini.



3. Universitas Nidzamiyah
Perguruan ini didirikan oleh Nidzam al-Mulk, perdana menteri pada kesultanan Seljuk pada masa Malik Syah, pada tahun 1066/1067 M. Ketika itu, lembaga pendidikan ini hanya ada di Kota Baghdad, ibu kota dan pusat pemerintahan Islam pada waktu itu. Kemudian, berkembang ke berbagai kota dan wilayah lain. Di antaranya di Kota Balkh, Nisabur, Isfahan, Mowsul, Basra, dan Tibristan. Dan, kota-kota ini menjadi pusat studi ilmu pengetahuan dan menjadi terkenal di dunia Islam pada masa itu.
Menurut sejarawan Philip K. Hitti, Madrasah Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu.



4. Universitas Bologna
Universitas ini adalah lembaga pendidikan tinggi pertama yang didirikan di belahan dunia Barat pada tahun 1088, di Bologna, Italia. Universitas Bologna termasuk universitas yang berada di peringkat atas hingga masa perang dunia kedua. Hingga saat ini, Universitas Bologna masih dianggap sebagai salah satu universitas yang maju dalam hal sistem pendidikan di Eropa.



5. Universitas Paris
Universitas ini sering disebut sebagai Universitas Sorbonne. Tidak jelas siapa pendiri universitas di ibu kota Prancis ini. Namun, proses belajar mengajar di universitas ini telah berlangsung sejak 1096. Kemudian, terjadi reorganisasi menjadi 13 universitas otonomi pada tahun 1970. Seringkali disebut sebagai Sorbonne setelah College de Sorbonne yang didirikan sekitar tahun 1257. Universitas ini berkembang pada akhir abad 12 di wilayah Katedral Notre Dame sebagai sebuah pusat pembelajaran bidang seni, kedokteran, hukum, dan teologi.



6. Universitas Oxford
Kapan tepatnya universitas yang terletak di kota Oxford, Inggris, ini dibangun juga tidak jelas. Secara formal disebutkan dibangun pada tahun 1096. Universitas ini berkembang pesat sejak tahun 1167, saat Henry II melarang pelajar Inggris untuk belajar ke Universitas Paris. Universitas Oxford sempat ditutup dua kali. Pertama, pada tahun 1209 dan tahun 1355 karena kerusuahn St Scholastica. Saat ini, universitas berbahasa Inggris tertua ini, memiliki 38 jurusan dengan struktur internalnya masing-masing.



7. Universitas Montpellier
Universitas ini terletak di kota Montpellier, Prancis. Diyakini, usia universitas ini jauh lebih tua dari tanggal pendiriannya pada tahun 1150. universitas ini dikenal sebagai sekolah kedokteran tertua di dunia barat.



8. Universitas Cambridge
Universitas yang terletak di kota Cambridgeshire, Inggris, ini dikenal sebagai universitas berbahasa Inggris tertua kedua setelah Oxford. Universitas ini dibentuk oleh para sarjana yang meninggalkan Universitas Oxford selama terjadi sengketa tahun 1209.
Universitas Oxford dan Cambridge, sering dijuluki Oxbridge, telah memiliki sejarah kompetisi yang lama satu sama lain. Keduanya dipandang luas sebagai universitas paling elit dan bergengsi di Inggris, bahkan di dunia.



9. Universitas Salamanca
Universitas ini terletak di kota Salamanca, Spanyol yang didirikan pada 1218 dan memperoleh gelar universitas oleh Paus Alexander IV pada tahun 1225. Awalnya, Universitas Salamanca didirikan oleh Raja Alfonso IX Leonese untuk memberikan kesempatan pada masyarakat Leonese untuk belajar, daripada pergi untuk belajar di Castile. Saat ini, Salamanca tetap menjadi universitas pilihan bagi siswa Spanyol yang ingin fokus pada humaniora dan studi bahasa.
Itulah fakta tentang sembilan universitas tertua di dunia. Jika topiknya diganti menjadi sembilan universitas terbaik di dunia, tentu urutannya menjadi berbeda.

*) Dimuat di Majalah AULA Edisi Januari 2012

Sabtu, 02 Juni 2012

AULA Juni 2012


MENELADANI PARA PENDIRI

Banyak peneliti luar negeri merasa heran dengan NU. Itu karena tidak sedikit yang tidak masuk akal terjadi di NU dan berlangsung sepanjang sejarah perjalanan organisasi ini. Sampai kini misteri itu masih juga banyak yang belum menemukan jawab. Maklum, NU didirikan penuh dengan iringan do’a dan tirakat para auliaillah, bukan dengan pesta dan hura-hura. Namun, masihkah semua itu dilakukan?

Pada 16 Rajab ini Nahdlatul Ulama telah genap memasuki usianya yang ke-89 tahun. Usia yang cukup matang untuk perjalanan sebuah organisasi. Memang kadang masih ada orang bimbang, Harlah (hari lahir) NU yang benar mana: ke-85 atau ke-89, tanggal 16 Rajab atau 26 Januari, hijriyah atau masehi? Jawaban pertanyaan itu sebenarnya sudah tertulis di Anggaran Dasar NU Bab I pasal 2, bahwa Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 hijriyah. Artinya, Harlah NU saat ini adalah yang ke-89.

Warga NU selayaknya lebih banyak mengucap syukur lagi karena organisasi yang mereka banggakan itu kini makin besar, makin banyak jumlah anggotanya dan makin diperhitungkan keberadaannya. Para pejabat yang cukup lama tiarap pun kini sudah tidak takut-takut lagi mengaku sebagai orang NU. Kalau mau teliti, kata seorang kiai, sebenarnya NU tidak hanya organisasi Islam terbesar di Indonesia, tapi sekaligus terbesar di dunia.

Kebesaran NU tidaklah datang begitu saja. Namun kebesaran itu dilalui dengan penuh riadlah batiniyah, perjuangan fisik dan pengorbanan para kiai di dalamnya. Setiap zaman selalu membutuhkan pengorbanan. Di masa rintisan, para kiai harus hilir-mudik berkeliling tanah Jawa untuk mempersatukan langkah. Mereka harus rela masuk ke pelosok-pelosok pedesaan untuk menjelaskan pentingnya pembentukan wadah perjuangan bersama.

Di masa perang kemerdekaan pondok-pondok pesantren yang menjadi tempat tinggal para kiai harus disulap menjadi markas perjuangan. Hal itu bukan tanpa risiko, karena mata-mata penjajah selalu ada di mana-mana. Tidak sedikit santri gugur di medan perang, tidak sedikit pula kiai yang harus menjalani siksaan di penjara penjajah demi mempertahankan kehormatan mereka.

Di saat menjelang peristiwa G 30 S/ PKI tahun 1965 merupakan tahun-tahun yang menegangkan. Setiap saat jiwa para kiai dan pengurus NU dapat melayang menghadapi penculikan orang-orang PKI dan kaki tangannya. Itu karena para kiai telah terdaftar dalam dokumen “7 Setan Desa” yang harus dilenyapkan oleh mereka. Kalau sekarang ada anak-anak NU yang membela eks aktifis partai komunis dan menjadikan mereka sebagai korban yang harus dibela, dimungkinkan karena dua hal; pertama, karena ketidaktahuan dan kedua, karena faktor gerojokan dana dari funding luar negeri yang membuat nanar mata mereka. Mereka menganggap peristiwa itu hanya dari sisi kemanusiaan semata, tanpa melihat bagaimana nyawa kiai di desa-desa terancam setiap saat.

Berkat do’a dan kebersihan jiwa merekalah NU tetap bertahan dan makin besar seperti sekarang. Dari rangkaian sejarah yang panjang itu KH Abdul Muchith Muzadi (Mbah Muchith) meyakini kalau NU bukanlah organisasi sembarangan. “Ibarat nyawa, nyawanya NU itu rangkap. Banyak yang tidak masuk akal namun terjadi di NU,” tutur Mbah Muchith suatu ketika. Mereka yang mempermainkan NU pun – melihat banyak contoh yang ada – biasanya akan kualat. Hidup mereka berantakan. Na’dzubillah. Karena di NU masih banyak orang yang berhati ikhlas.

Memasuki bulan Harlah biasanya tidak lepas dari acara syukuran, tirakatan dan muhasabah (introspeksi). Ibarat sedang menempuh perjalanan panjang, perlu dilakukan evaluasi: apakah jalan yang diambil sudah benar, sudah sampai di mana, strategi apa lagi yang akan dipergunakan, kira-kira kapan sampai di tujuan? Itulah sebagian dari bahan dasar muhasabah yang perlu dilakukan di hari Harlah.

Ikuti ulasan lengkapnya di Majalah NU Aula edisi Juni 2012, dengan topik utama “Meneladani Para Pendiri”, ikuti juga liputan lainnya tentang:

Ummurrisalah:
Meneladani Para Pendiri (hal 9)
Kisah Dibalik Nama dan Lambang (hal 11)
Mereka yang Teguh di Lapangan (hal 15)
NO Tempo Doeloe (hal 18)

Refleksi (hal 8)

Ihwal Jam’iyah: Khotmil Qur’an Bersama Tuna Wicara (hal 20)               
Keterbatasan fisik jangan sampai dijadikan alasan untuk tidak bisa belajar agama, khususnya mendalami Al-Qur’an. Para tuna wicara saja bisa mengkhatamkan kitab suci umat Islam ini dengan sempurna. Sebuah rintisan yang layak diapresiasi.

Liputan Khusus: Persoalan Syi’ah Sampang Belum Selesai (hal 22)
Merasa tidak puas dengan penanganan kasus Tajul Muluk di Kabupaten Sampang dan dikhawatirkan kasusnya malah akan melebar, banyak kiai ingin ‘wadul’ pada Kiai Sahal. Mereka ingin agar Ketua Umum MUI Pusat yang sekaligus Rais Am PBNU itu bertindak jelas dan tegas kepada aliran Syi’ah. Benar juga, mereka berangkat secara bersamaan. Bagaimana hasilnya?

Tokoh: Dr Ir H Irnanda Laksanawan, MSc.Eng (hal 24)
Sosoknya sederhana namun punya visi dan komitmen yang tinggi. Meski memiliki jabatan strategis namun tetap nyaman bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para kiai dan masyarakat bawah. Prinsipnya, bisa bermanfaat untuk siapa saja. Khusus kepada NU, dia punya harapan besar.

Bahsul Masail: Puasa di Bulan Rajab (hal 28)
Kajian Aswaja: Qunut Subuh, Benarkah Menyalahi Sunnah? (hal 30)

Uswah: KH Abdul Wachid Hasyim (hal 32)
KH Abdul Wachid Hasyim dengan kiprah dan pemikirannya telah berkontribusi bagi perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Laku kehidupannya senantiasa memberi spirit dan semangat yang perlu kita teladani. Namun perannya seringkali dinafikan oleh para sarjana dari kalangan modernis. Mari mengenal ayah Gus Dur ini lebih dalam.

Nisa’: Hj Fatmah Assegaf (hal 36)
Berjuang dengan ikhlas, jujur dan istiqamah. Itulah prinsip hidup yang dimiliki oleh Hj Fatmah Assegaf. Di usia senjanya, wanita keturunan Jawa dan Yaman ini tetap bersemangat mengurus rumah sakit yang didirikan NU.

Pesantren: Ponpes Putri Salafiyah Bangil (hal 38)
Pondok Pesantren Putri Salafiyah Bangil terkenal sebagai pesantren yang mendidik generasi da’iyah handal. Mencetak kader dakwah putri yang bertakwa, berbudi luhur, berintelektual tinggi dan konsisten di jalan Allah. Telah terbukti banyak alumni yang menjadi penyiar agama.

Pendidikan: MTs Al-Musthofa Canggu, Mojokerto (hal 40)
Di tengah makin tingginya kompetisi dunia pendidikan, sekolah-sekolah dituntut semakin kreatif untuk meningkatkan daya saing. Salah satunya melalui kegiatan ekstra, seperti yang dilakukan oleh MTs Al-Musthofa Canggu. Seperti apa?
Kancah Dakwah: Geliat Dakwah di Ujung Negeri (hal 42)
Berdomisili  di perbatasan negara identik dengan kesengsaraan. Selain karena terpencil dan jauh dari pusat ibu kota, wilayah ini juga kental dengan gerakan kristenisasi. Lebih-lebih di Indonesia timur. Yang sekan-akan menutup asa bagi kita (umat Islam) untuk melantunkan dakwah di sana. Namun tidak bagi Kiai Kamali, kegigihannya berdakwah membawanya pada perjuangan di ujung negeri.

Muhibah: Sowan ke Masjid Tertua di AS (hal 44)
Sebagai negara adi kuasa, Amerika Serikat menyimpan banyak hal. Berkunjung ke negara pimpinan Barrak Obama yang demikian luas, pasti menyisakan banyak hal menarik. Hal positif inilah yang akan diceritakan Mufti Rasyid Maskub kepada pembaca Aula.

Khazanah: Gandum; Media Pengobatan Nabi (hal 47)
Beberapa iklan promosi tentang gandum mulai marak di beberapa media. Sayangnya, hanya sedikit di antara kita yang memahami kandungan serta manfaat dari makanan sarat nutrisi ini.

Nuansa: Terkesima Cucu Syaikh Abdul Qadir (hal 49)
Bertemu dengan cucu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani demikian istimewa. Apalagi sampai berkenan memberikan pandangan seputar Islam di tanah air, khususnya NU. Berikut catatan Murtadji Djunaidi khusus kepada Aula.

Aktualita: Rapimnas LTM-NU Bertabur Bintang (hal 51)
Sudah cukup lama Palangkaraya tidak tersentuh acara besar NU. Meski secara faktual orang NU mayoritas, namun mereka lemah dalam banyak sisi. Soal masjid misalnya, dari 82 masjid yang ada di kota itu, hanya 4 milik “mereka”, selebihnya dikelola ala NU. Tapi sayang, belum satu pun yang bernadzir NU. Belum lagi sisi politik.

Lentera: Al-Khawarizmi Bapak Matematika Dunia (hal 53)
Sejarah adalah milik para penguasa. Itu adalah kalimat yang tepat demi menggambarkan bahwa bangsa Barat telah merampas banyak penemuan dari dunia Islam yang kemudian diklaim atas nama mereka.

Ibrah: Guru Menjadi Murid, Murid Menjadi Guru (hal 54)

Wawasan: Mencari Sekolah, Merenda Masa Depan (hal 55)

Sembilan: Ulama Penyangga Akidah Umat (hal 58)
Sumbangsih terbesar yang diberikan para ulama Nusantara terdahulu adalah keteguhan mereka dalam menjaga aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kalau sekarang banyak serangan terhadap keberadaan Aswaja, ada baiknya belajar dari metode dan kiprah mereka. Berdebat secara elegan dengan buku dan kitab, bukan dengan kekerasan.

Sekilas Aktivitas (hal 60)
Rehat: KH Mutawakkil Alallah & A Wazir Wicaksono (hal 66)