Sabtu, 25 Juni 2011

AULA Juli 2011



Sing waras ngalah. Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan sikap para kiai dalam menghadapi kaum Wahabiyun di tanah air belakangan ini. Meski telah berkali-kali amaliah mereka dicaci-maki lewat radio dan buku, para kiai tidak memerintahkan Banser dan Pagar Nusa untuk menggeruduk mereka. Memang, padi yang berisi akan semakin merunduk. Hanya padi gabuk yang selalu mendongak ke atas, merasa lebih tinggi dan lebih hebat!

Telah sekian lama ada pihak-pihak yang sengaja “jualan” dengan menyerang amaliah yang telah menjadi tradisi sebagian besar kaum muslimin di Indonesia. Gaya jualan mereka pun bermacam-macam. Mulai dari yang halus dengan tanpa menyebut go-longan tertentu sambil mengatakan “saya belum tahu dalilnya”, sampai yang kasar dengan menyebut nama organisasi lain hingga membid’ah-kan dan mengkafirkan.

Amaliah yang selalu mendapatkan cacian itu adalah tahlil, ziarah kubur, manaqib, shalawat, haul, dst. Padahal amaliah itu telah sekian ratus tahun diamalkan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia. Secara simbolik mereka tergambar sebagai warga Jam’iyah Nahdlatul Ulama, karena jumlah terbesar muslim Indonesia adalah penganut madzhab Syafi’i dalam Jam’iyah NU.


Baca ulasan lengkap tentang Hujjah-hujjah Amaliah di Bulan Sya’ban dan Ramadlan di Majalah AULA edisi Juni 2011 :
- Siapa yang Harus Belajar Lagi? (hal 10)
- Melihat Fakta di Depan Mata (hal 13)
- Dasar Amaliah di Bulan Sya’ban (hal 16)
- Penentuan Awal dan Akhir Ramadlan dengan Rukyah (hal 22)
- Hujjah Amaliah di Bulan Ramadlan (hal 25)

DAPATKAN JUGA LIPUTAN MENGENAI :

Refleksi: Kenthul-Kenthul (hal 8)
Liputan Khusus: Wahabi Semakin Tidak Punya Nyali (hal 32)
Ihwal: Menghargai Kiprah Pengurus Ranting (hal 36)
Bahtsul Masail: Otopsi Mayat Untuk Praktek Kedokteran (hal 39)
Mimbar Aula: Puncak Tawadlu’ dalam Mu’jizat Isra’ Mi’raj (hal 45)
Muhibah: Belajar Partisipasi Masyarakat ke India (hal 49)
Pendidikan: MTs Al-Azhary Banyumas (hal 53)
Pesantren: PP Al-Hidayat Magelang (hal 57)
Kancah Dakwah: Bentengi Mahasiswa dengan Aswaja (hal 61)
Aktualita: Selamat Berkongres Banom Baru (hal 65)
Dirasah: NU dan Bid’ah, Siapa Takut? bag 2 (hal 69)
Resensi: Shalat Kita Sudah Seperti Rasulullah (hal 71)
Khazanah: Buah Surga yang Cantik dan Berkhasiat (hal 75)
Rehat: Djamaluddin Malik & Fakhrillah Aschal (hal 80)
Uswah: KH Zainul Arifin (hal 84)
Sekilas Aktivitas (hal 90)

Sabtu, 04 Juni 2011

AULA Juni 2011


Para kiai Purworejo layak bersyukur. Meski telah sekian lama telinga dan hati panas mendengar pengajian dari radio MTA, toh akhirnya MTA Pusat telah meminta maaf dan berjanji akan mengubah dakwahnya menjadi lebih sopan. Tapi kini, mereka harus bersiap kecewa, karena akhirnya MTA tidak mengakui pernah meminta maaf. Para kiai pun dituntut untuk memendam kesabaran lebih dalam lagi. Sampai kapan?

Telah sekian lama beberapa kiai merasa resah dengan isi siaran radio MTA. Bungkusnya pengajian, namun isinya menghujat amaliah yang telah dijalani masyarakat sekian ratus tahun lamanya. Keluhan seringkali terdengar dari kiai Jawa Tengah bagian timur dan kiai Jawa Timur bagian barat. Yah, karena pemancar radio itu memang berada di dekat perbatasan Jatim-Jateng. Belakangan keluhan juga datang dari kiai di Jombang, karena suara pengajian itu dapat terdengar di radio Jombang. Namun dalam waktu sekian lama itu para kiai mampu menahan kekesalan hatinya.


Baca ulasan lengkap tentang Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Majalah AULA edisi Juni 2011 :
- Ketika MTA Makin Menggoda (hal 10)
- Polemik NU Purworejo dan MTA Berakhir ? (hal 12)
- Mereka Makin Berani (hal 16)
- Berdalih Kembali pada Al-Qur’an (hal 19)
- Slamet: Temui Pemimpin Mereka (hal 23)
- Wawancara dengan Sekretaris MTA (hal 26)

DAPATKAN JUGA LIPUTAN MENGENAI :

Refleksi: Desertir (hal 8)
Liputan Khusus: Pelajaran dari Pakah (hal 28)
Ihwal: Menakertrans Buka Peluang NU dan Santri (hal 36)
Bahtsul Masail: Hukum Ruqyah (hal 39)
Mimbar Aula: Rukun Islam dan Prinsip Dasar Syariat (hal 44)
Muhibah: Membongkar Persepsi Islam Phobia (hal 50)
Kancah Dakwah: Mempersiapkan Generasi di Wanayasa (hal 55)
Aktualita: Menyorot Kampung Idiot Ponorogo (hal 59)
Khazanah: Daging Kambing Tak Harus Dihindari (hal 63)
Pesantren: Ponpes Edi Mancoro Tuntang, Semarang (hal 66)
Tokoh: H Mahmud Ali Zain (hal 74)
Uswah: KH M Arwani Amin Kudus (hal 78)
Rehat: Husnul Yaqin dan Suwito (hal 84)
Kesehatan: Jangan Biarkan Hipertensi Ganggu Jantung (hal 86)
Sekilas Aktivitas (hal 90)